Chanelmuslim.com – Mush’ab bin Umair tiba di Madinah sebagai utusan Rasulullah saw. untuk mengajarkan ajaran Islam kepada orang-orang Anshar yang telah berbaiat kepada Nabi dan menjadi imam shalat mereka. Saat itu, Abbad bin Bisyir termasuk orang yang hatinya telah diberi hidayah oleh Allah. la datang ke majelis ta’lim Mush’ab, mendengarkan penjelasannya. Tidak lama kemudian, ia menyatakan keislamannya. Sejak itu, ia berada dalam barisan kaum Anshar yang diridhai Allah dan mereka ridha kepada-Nya.
Kemudian, Nabi pindah ke Madinah, setelah lebih dulu orang-orang beriman dari Mekah tiba di sana. Mulailah terjadi peperangan-peperangan untuk mempertahankan diri dari serangan-serangan kafir Quraisy dan sekutunya yang tak henti–hentinya memburu Nabi dan umat Islam. Kekuatan pembawa cahaya dan kebaikan bertarung dengan kekuatan gelap dan kejahatan. Pada setiap peperangan itu, Abbad bin Bisyir berada di barisan terdepan, berjihad di jalan Allah dengan gagah berani dan mati-matian dengan cara yang sangat mengagum-kan.
Baca Juga: Musibah Mina, Ini Komentar Penuh Hikmah Syaikh Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al Abbad
Ketika Abbad bin Bisyir Berjaga Malam
Inilah kisah kepahlawanan dari Abbad bin Bisyir.
Setelah Rasulullah saw. dan kaum muslimin selesai menghadapi musuh dalam Perang Dzatur-Riqa’, mereka sampai di suatu tempat dan bermalam di sana, Rasulullah memilih beberapa orang sahabatnya untuk berjaga secara bergiliran. Di antara mereka terpilih ‘Ammar bin Yasir dan Abbad bin Bisyir yang berada pada satu kelompok.
Karena dilihat oleh Abbad bahwa kawannya ‘Ammar sedang lelah, diusulkan agar ‘Ammar tidur lebih dulu dan ia akan berjaga. Nanti, saat telah mendapatkan istirahat yang cukup, giliran ‘Ammar yang berjaga menggantikannya.
Abbad melihat bahwa lingkungan sekelilingnya aman. Maka, timbul satu pikiran dalam benaknya, mengapa ia tidak mengisi waktunya dengan me!akukan shalat sehingga pahala yang akan diperoleh berlipat ganda? Demikianlah! la bangkit melakukannya.
Tiba-tiba, saat ia sedang berdiri membaca sebuah surat Al-Qur’an setelah membaca surat al-Fatihah, sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya. Anak panah itu dicabutnya dan ia meneruskannya shalatnya.
Tidak lama kemudian mendesing pula anak panah kedua yang mengenai anggota badannya. Tetapi, ia tidak ingin menghentikan shalatnya. la hanya mencabut anak panah itu seperti yang pertama, dan ia me-lanjutkannya bacaan surat itu.
Dalam gelap malam itu musuh memanahnya kembali untuk yang ketiga kali. Abbad menarik anak panah itu dan meng-akhiri bacaannya. Setelah itu, ia ruku’ dan sujud, sementara tenaganya telah lemah disebabkan sakit dan lelah. Saat sujud, ia ulurkan tangannya kepada kawannya yang sedang tidur di sampingnya dan ditarik-tariknya hingga ia terbangun. Setelah itu, Abbad bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud, lalu menyelesaikan shalatnya.
Ammar terbangun mendengar suara kawannya yang terputus-putus menahan sakit, “Gantikan aku untuk berjaga karena aku kena panah.” ‘Ammar menghambur dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan dan musuh yang menyelinap takut. Mereka melarikan diri, sedangkan ‘Ammar berpaling kepada temannya seraya berkata, “Subhanallah! Mengapa aku tidak dibangunkan ketika kamu dipanah untuk yang pertama kali tadi.”
Abbad berujar, “Ketika aku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat Al-Qur’an yang sangat mengharukan hatiku sehingga aku tidak ingin memutuskannya. Demi Allah, kalau tidaklah akan menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasul kepada kita menjaganya, sungguh, aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu. ”
Sungguh keimanan yang sangat mengagumkan dari Abbad bin Bisyir, beginilah seharusnya kita dapat mengambil pelajaran dari sahabat Rasulullah ini. []
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Ithishom