SEPERTI apa keadaan manusia ketika Allah kumpulkan di tempat yang luas? Allah SWT menamakan hari pembalasan dengan hari pengumpulan. Sebab, pada hari itu Allah mengumpulkan seluruh hamba-Nya. “Itulah hari di mana manusia dikumpulkan dan itulah hari yang disaksikan.” (QS. Hud: 103).
Baca Juga: Allah Telah Membenarkanmu, Wahai Zaid.
Keadaan Manusia Ketika Allah Kumpulkan di Tempat yang Luas
Pengumpulan ini mencakup orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian. “Katakanlah, Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan orang-orang kemudian benar-benar akan dikumpulkan pada waktu tertentu di hari yang telah diketahui.” (QS. Al-Waqi’ah: 40-50)
Kekuasaan Allah meliputi seluruh hamba-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah. Bagaimanapun hancurnya manusia, Allah kuasa mendatangkannya.
Walaupun, ia hancur di ruang angkasa, terpendam di perut bumi, dimakan hewan pengsa atau ikan-ikan di laut, atau hilang ditelan bumi.
Semua itu bagi Allah sama. “Di mana pun kamu berada, Allah akan mendatangkan kamu semua. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 148)
Nas-nas ini bersifat umum, menunjukkan pengumpulanseluruh makhluk manusia, jin, dan malaikat, dan sah-sah saja orang memahami bahwa pengumpulan itu mencakup binatang.
Walaupun, para ulama berbeda pendapat tentang pengumpulan binatang.
Keadaan Pengumpulan Manusia
Manusia dikumpulkan dalam keadaan telanjang kaki, tidak berpakaian, dan tidak dikhitan.
Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya kalian (akan) dikumpulkan dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan, dan tidak dikhitan.”
Kemudian beliau membaca, “Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan yang pertama, begitulah Kami mengulanginya. Itulah janji Kami. Kami sungguh akan melaksanakannya.” (QS. QS. Al-Anbiya: 104)
Ketika Aisyah mendengar Rasulullah bersabda seperti di atas, ia bertanya, “Wahai Rasulullah, semua laki-laki dan perempuan saling melihat satu sama lain?”
Rasulullah menjawab, “Wahai Aisyah, urusan pada saat itu jauh lebih penting ketimbang memandang satu sama lain.” (HR. Bukhari Muslim).
Manusia dibangkitkan menurut amalnya ketika mati. Dari Abdullah bin Umar, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Jika Allah ingin mengazab suatu kaum, azab itu akan menimpa semua orang dalam kaum itu, kemudian mereka dibangkitkan berdasarkan amal mereka masing-masing.” (HR.Muslim)
Dengan demikian, orang yang mati dalam keadaan ihram akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan membaca talbiah.
Dalam Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Musnad Ahmad diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas bahwa ia mengatakan, “Seorang laki-laki meninggal ketika sedang ihram.
Rasulullah pun berkata, “Mandikan ia dengan air dan bidara, kafani dengan pakaiannya itu, dan jangan pakaikan minyak wangi serta jangan tutup kepalanya.
Karena, pada hari kiamat ia akan dibangkitkan dalam keadaan membaca talbiah.”
Orang yang mati syahid dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan lukanya berdarah dan mengeluarkan bau yang sangat wangi.
Oleh karena itu, dianjurkan mentalkinkan mayit dengan ‘la ilaaha illa Allah’. Dengan begitu, moga-moga ia mati dalam keadaan bertauhid, kemudian dibangkitkan pada hari kiamat sambil mengucapkan kalimat mulia ini. [mh/Cms]