ADA sebuah kaum yang bahkan nabi dan para syuhada menginginkan kedudukan mereka. Masalah cinta memang acap kali memusingkan.
Banyak definisi banyak persepsi. Tetapi ada cinta yang bahkan Nabi dan para syuhada pun menginginkan apa yang dimiliki kaum ini.
Baca Juga: Penghormatan bagi Hamzah bin Abdul Muthalib, Panglima Para Syuhada
Kaum yang Nabi dan Syuhada pun Menginginkan Kedudukannya
Dikutip dari mirajnews, Rasulullah Shallalllahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya disisi Allah. Sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, tolong kami beritahu siapa mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab : Mereka adalah satu kaum yang cinta-mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak ada hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa saat orang lain takut, dan mereka tidak berduka cita tatkala orang lain berduka cita.” (H.R. Abu Daud).
Itulah cinta yang memberikan cahaya kebaikan dan cahaya keimanan kepada Allah, yakni kaum yang saling mencintai karena Allah, bukan karena hubungan kekeluargaan atau harta benda. Cinta satu perjuangan dalam menegakkan kalimat Allah.
Mereka jika bertemu atau berpisah pun semata-mata karena Allah. Seperti disebutkan di dalam hadits:
“Tidaklah dua orang Muslim berjumpa kemudian mereka berdua saling berjabat tangan kecuali diampuni (dosa) keduanya sebelum mereka berpisah.” (H.R. Abu Daud dan At-Tirmizi).
Bahkan, cinta yang menumbuhkan cahaya itu, cinta karena Allah, dapat menumbuhkan keteduhan jiwa. Seperti disebutkan di dalam hadits qudsi :
“Sesungguhnya Allah pada hari kiamat berfirman : “Di manakah orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dengan naungan-Ku pada hari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku.” (H.R. Muslim).
Dengan cinta karena Allah itu, ia rela berkunjung ke rumah sahabatnya, hanya untuk bersilaturahim. Seperti digambarkan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, yang menyebutkan, artinya, “Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya.
Tatkala malaikat menemaninya malaikat berkata, “Kau mau ke mana?” Ia menjawab, “Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.”
Malaikat terus bertanya, “Apakah kamu akan memberikan sesuatu pada saudaramu?” Ia menjawab, “Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah.”
Malaikat berkata, “Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya.” (H.R. Muslim)
Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan, jika mereka telah mampu saling mencintai karena Allah, maka mereka sesungguhnya telah merasakan lezatnya iman.
Beliau menyebutkan di dalam haditsnya :
“Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan lezatnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah, dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakkan ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari-Muslim).
Subhanallah, inilah seharusnya cinta yang kita kejar. Cinta yang menjadi cita. Saling mencinta karena Allah. [Cms]