KAU yang berbuat, aku yang kena getahnya ditulis oleh Ustaz Farid Nu’man Hasan.
Pada prinsipnya seseorang tidaklah menanggung dosa orang lain.
Dengan kata lain, masing-masing manusia menanggung dosanya sendiri.
Perhatikan ayat berikut:
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰ
“(yaitu) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. An-Najm, Ayat 38).
Ayat lainnya:
كُلُّ نَفْسٍ بِۢمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌ
“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.” (QS. Al-Muddatsir: Ayat 38).
Namun demikian, ada perilaku dosa atau kejahatan orang lain tetapi itu juga menjadi dosa dan tanggungjawab baginya.
Kapan hal itu terjadi?
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
1. Jika seseorang mengawali keburukan lalu keburukan itu diikuti oleh orang lain.
Maka, dia berdosa atas perbuatan buruknya itu, dan dia juga menanggung dosa orang lain yang mengikutinya karena menjadi teladan keburukan bagi orang lain.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
“Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017).
2. Orang yang diam saja terhadap maksiat yang dia lihat padahal dia mampu mencegah atau menghilangkannya.
Kau yang Berbuat, Aku yang Kena Getahnya
Org tersebut ikut berdosa karena dia punya saham atas munculnya maksiat tersebut yaitu sikap diamnya.
Seperti diamnya orang-tua yang tahu anaknya tidak shalat dan tidak menutup aurat.
Dalilnya:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Anfal, Ayat 25).
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:
Baca juga: Cara Menjauhi Perbuatan Dosa
يُحَذِّرُ تَعَالَى عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِينَ فِتْنَةً أَيِ اخْتِبَارًا وَمِحْنَةً يَعُمُّ بِهَا الْمُسِيءَ وَغَيْرَهُ لَا يَخُصُّ بِهَا أَهْلَ الْمَعَاصِي وَلَا مَنْ بَاشَرَ الذَّنْبَ بَلْ يَعُمُّهُمَا حَيْثُ لَمْ تُدْفَعُ وَتُرْفَعُ
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan peringatan kepada orang-orang beriman tentang datangnya fitnah, yaitu ujian dan bala, yang akan ditimpakan secara merata baik orang yang buruk atau yang lainnya, tidak khusus pada pelaku maksiat dan pelaku dosa saja, tetapi merata, yaitu di saat maksiat itu tidak dicegah dan tidak dihapuskan. (Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 4/32).
Dalam hadits:
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
Dari Huzhaifah bin Al-Yaman dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ”Demi dzat yang jiwaku ditangan-Nya hendaknya engkau melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau jika tidak, maka Allah hampir mengirim azabnya, kemudian engkau berdo’a tetapi tidak dikabulkan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
Maka, fa’tabiruu yaa ulil abshaar![Sdz]