JUMLAH bukan tolok ukur kebenaran. Jadi, usahakan ketika melakukan ibadah, bukan melihat seberapa banyak yang melakukannya. Kita tetap harus berpedoman pada dalil-dalil yang shahih.
Baca Juga: Seseorang Dinilai dengan Kebenaran, bukan Sebaliknya
Jumlah Bukan Tolok Ukur Kebenaran
Saat ini, mungkin sebagian orang ketika ingin beramal atau menjumpai perbedaan pendapat yang diikutinya mana yang lebih dominan atau lebih populer di masyarakat.
Pola seperti itu tidak sejalan dengan prinsip syariat yang menghendaki umat Islam beragama di atas ilmu merujuk kepada dalil-dalil Al-Qur’an was Sunnah dengan bimbingan para ulama salaf.
Bilamana seseorang belum punya sarana yang menunjang pemahamannya maka dia harus bertanya kepada ahlinya.
Jangan mengandalkan apa yang menjadi kebiasaan banyak orang sebagaimana kultur masyarakat jahiliyah di masa silam.
Allah berfirman:
ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غير سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيرا
“Dan barangsiapa menentang Rosul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin, Kami biarkan dia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan dia ke dalam jahannam dan jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (An Nisa’: 115)
Al-‘Allamah Abdurrohman As-Si’di menjelaskan, “Siapa saja yang menyelisihi Rasul setelah jelas kebenaran baginya dengan dalil-dalil Al-Qur’an was Sunnah dan mengikuti selain jalannya orang-orang mukmin (yakni para shohabat) dalam beraqidah dan beramal, maka Allah biarkan dia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu.” (Taisirul Karim hal. 219)
Maka, banyaknya pengikut dan banyaknya orang yang mengamalkan bukanlah ukuran kebenaran.
Kebenaran diukur dengan selamatnya manhaj dan benarnya aqidah meski diikuti oleh sedikit orang.
Al-Imam Al-Fudhoil bin Iyadh mewasiatkan:
إتبع طرق الهدى ولا يضرك قلة السالكين وإياك وطرق الضلالة ولا تغتر بكثرة الهالكين
“Ikutilah jalan petunjuk (kebenaran), karena tidak akan merugikanmu sedikitnya orang yang berjalan di atasnya, dan hati-hatilah engkau dari jalan kesesatan dan jangan engkau terpedaya dengan banyaknya orang yang binasa.” (Al-I’tishom 1/112)
[Cms]
https://t.me/manhajulhaq