MELUPAKAN kebaikan orang lain dapat menimbulkan permusuhan dan pertengkaran yang berkepanjangan karena merasa bahwa orang yang selama ini dekat atau membantu kita telah kehilangan kebaikannya karena kesalahan yang ia perbuat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 237)
Baca Juga: Kebaikan tanpa Batas
Jangan Mudah Melupakan Kebaikan
Penjelasan:
Abu Bakar bin Mardawih berkata dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh benar-benar akan datang kepada manusia sebuah zaman yang bakhil akan kebaikan; orang mukmin memegang erat (kikir) apa yang ada padanya (harta) dan lupa akan keutamaan, padahal Allah berfirman:
‘Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu.’ Orang-orang jahat melakukan jual beli kepada setiap orang yang terpaksa.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli “mudhtariin” (paksaan) dan jual beli “gharar” (jual beli yang didalamnya ada unsur kecurangan).
Maka apabila kalian mempunyai kebaikan hendaklah mengulur tangannya untuk membantu saudaranya dan jangan menambah kesusahan di atas kesusahan yang mereka rasakan; karena sesungguhnya seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya, maka tidak boleh membuatnya sedih dan sengsara.
Sufyan bin Astauri meriwayatkan dari Abu Harun, beliau berkata, “Saya melihat Aun bin Abdullah duduk berada di majelisnya Al-Qurazhi dan Aun berbicara kepada kami sedangkan janggutnya basah dengan air mata seraya bercerita,
‘Dulu aku pernah bergaul dengan orang-orang kaya, dan ternyata diriku orang yang paling banyak merasakan kesusahan ketika melihat mereka memakai pakaian yang bagus-bagus, wewangian yang paling baik dan mengendarai kendaraan yang paling baik. Kemudian setelah bergaul dengan orang-orang miskin, hatiku menjadi tenang bersama mereka.'”
Allah berfirman, “Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu,” apabila seseorang kedatangan orang yang meminta-meminta sedangkan ia tidak mempunyai sesuatu yang diberikan, maka hendaklah ia mendoakan kebaikan untuknya.
Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim, makna firman Allah, “Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,” yakni tidak ada yang tersembunyi bagi Allah atas perkara dan keadaan kalian dan Allah akan membalas sesuai dengan apa yang dikerjakannya, demikian dijelaskan dalam tafsir Ibnu Katsir.
Prof. Dr. Umar bin Abdullah Muqbli berkata tentang ayat ini, “Allah memerintahkan suami istri yang telah mengikat tali hubungan kemanusiaan yang paling sakral dan suci dalam hal ini hubungan pernikahan, ketika terjadi perceraian, kedua belah pihak hendaknya tidak saling melupakan kebaikan masing-masing, di saat dahulu mereka masih terikat hubungan pernikahan.”
Ayat ini disebutkan Allah setelah penyebutan lafazh pemaafan, Allah berfirman, “Kecuali jika istri-istrimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh yang memegang ikatan nikah,” tentu poin ini perlu ditekankan untuk menambah energi dan semangat memaafkan dan mengingat kebaikan-kebaikan yang bersifat duniawi.
Maksud firman Allah, “Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan,” merupakan dorongan dan motivasi agar kedua belah pihak tidak melupakan keutamaan dan kebaikan pasangan serta menerangkan bahwa pemaafan merupakan jalan tepat menuju ridha Allah.
Adapun pelajaran yang bisa dipetik dari ayat ini, “Hubungan antar sesama, lebih-lebih antar mantan pasangan, hendaknya terus dipelihara agar tetap harmonis dalam kerangka persaudaraan seagama, mereka dituntun untuk tidak melupakan masa-masa harmonis yang pernah mereka alami walau singkat,” demikian dijelaskan dalam tafsir Al-Lubab.
Disebutkan dalam tafsir Mukhatashor, “Dan janganlah kalian -wahai manusia- meninggalkan kebiasaan saling memberi di antara kalian dan saling merelakan hak-hak yang ada. Karena sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian perbuat. Maka bersungguh-sungguhlah dalam berbagi kebaikan agar kalian mendapatkan ganjaran dari Allah atas hal itu.”
Di antara cara mudah memaafkan adalah jangan mudah melupakan kebaikan yang pernah dilakukan kepada kita, sebagaimana setiap orang punya kekurangan, maka setiap orang juga punya sisi kebaikan yang tidak boleh kita lupakan begitu saja.
Imam Syafii berkata: “Orang mulia adalah orang yang menjaga jalinan cinta walau hanya sejenak, serta berterima kasih kepada sosok yang memberinya manfaat walau hanya satu huruf.”
Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A