ISTIQAMAH agar menjadi husnul khatimah adalah impian dari setiap muslim.
Mendengar kata kematian, tentu mendatangkan rasa takut dan ngeri.
Terbayang kejadian yang menyedihkan dan membawa duka. Meninggalkan orang-orang yang dicinta, baik itu isteri, anak, kerabat dan handai taulan juga teman dan kolega.
Berat rasanya. Mereka yang yang selama ini ada di sekitar, menemani dan menjadi tempat keluh kesah dan curhat, harus ditinggalkan.
Tidak terbayangkan kalau akhirnya bersendiri di dalam kubur.
Belum lagi nanti ada malaikat Munkar dan Nakir yang akan menyoal.
Kira-kira begitulah gambaran di benak sebagian orang. Bagi mereka kematian adalah barang yang menakutkan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Manusia itu ingin hidup kekal. Namun apa bisa begitu? Tentu tidak. Kekekalan itu bukan disini tempatnya.
Ada waktu yang berjalan yang memangkasnya.
Awalnya kuat, gagah perkasa dan berjaya. Sukses baik dalam bisnis, usaha dan karier.
Berhasil membangun aman finansial yang panjang.
Namun, semua itu, seiring waktu yang berjalan, setelah berada di titik puncak, akan mengalami penurunan.
Istiqamah Agar Husnul Khatimah
Baca juga: Istiqamah, Lurus di Atas Ketaatan Sampai Diwafatkan
Terjadi counter flow dan akhirnya sirna.
Firman Allah Ta’ala:
ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعۡفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعۡدِ ضَعۡفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعۡدِ قُوَّةٍ ضَعۡفًا وَشَيۡبَةً ۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡقَدِيرُ
“Allah adalah Zat yang menciptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan(-mu) kuat setelah keadaan lemah. Lalu, Dia menjadikan(-mu) lemah (kembali) setelah keadaan kuat dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.” (QS. Ar Rum: 54).
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمۡ فِى رَيۡبٍ مِّنَ ٱلۡبَعۡثِ فَإِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٍ ثُمَّ مِنۡ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضۡغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيۡرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمۡ ۚ وَنُقِرُّ فِى ٱلۡأَرۡحَامِ مَا نَشَآءُ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخۡرِجُكُمۡ طِفۡلًا ثُمَّ لِتَبۡلُغُوٓاْ أَشُدَّكُمۡ ۖ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰٓ أَرۡذَلِ ٱلۡعُمُرِ لِكَيۡلَا يَعۡلَمَ مِن بَعۡدِ عِلۡمٍ شَيۡـًٔا ۚ وَتَرَى ٱلۡأَرۡضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡهَا ٱلۡمَآءَ ٱهۡتَزَّتۡ وَرَبَتۡ وَأَنبَتَتۡ مِن كُلِّ زَوۡجٍ بَهِيجٍ
“Wahai manusia, jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, sesungguhnya Kami telah menciptakan (orang tua) kamu (Nabi Adam) dari tanah, kemudian (kamu sebagai keturunannya Kami ciptakan) dari setetes mani, lalu segumpal darah, lalu segumpal daging, baik kejadiannya sempurna maupun tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu (tanda kekuasaan Kami dalam penciptaan). Kami tetapkan dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian, Kami mengeluarkanmu sebagai bayi, lalu (Kami memeliharamu) hingga kamu mencapai usia dewasa. Di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) yang dikembalikan ke umur yang sangat tua sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya (pikun). Kamu lihat bumi itu kering. Jika Kami turunkan air (hujan) di atasnya, ia pun hidup dan menjadi subur serta menumbuhkan berbagai jenis (tetumbuhan) yang indah.” (QS. Al-Hajj: 5).[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah