ISLAM memanggilmu. “Wa Islama…. Wa Islama…. Islam memanggilmu…. Islam memanggilmu,” seruan itu nyaring, seakan terdengar tepat di telinga.
Bulu kuduk saya meremang. Benarkah itu suara Sultan Al Muẓaffar Sayf al-Dīn Quṭuz yang menyeru untuk berjihad di perang Ain Jalut?
Sore itu, saya berada di wilayah yang sekarang bernama Muizz Street. Seruas jalan dengan jejak sejarah Daulah Mamluk yang berlimpah.
Di area itu terdapat banyak sekali bangunan tua yang masih berdiri kokoh, yang bisa kita saksikan hingga hari ini.
Seperti Bab el Fotouh, Masjid Al Hakim, Al Suhaimi House, Sulayman Agha Al Silahdar Mosque, Al Aqmar Mosque, Hammam of Sultan Inal, Bashtaq Palace, Kamiliyya Madrasah, Madrasah of Sultan Al Zaher Barquq, Sabil Muhammad Ali.
Madrasah of El Naser Muhammad Ibn Qalawun, Al Mansour Qalawun Complex, Madrasah of Sultan El Zaher Baybars, Sabil Khesro Basha, Mosque of Al Ashraf Barsbay.
Masing-masing bangunan terpisah-pisah lokasinya, sekalipun masih dalam area yang sama. Hanya perlu membeli satu tiket seharga 50 pound atau Rp25.000 untuk bisa masuk ke semua area.
Salah satu ciri arsitektur Mamluk adalah bangunannya kokoh mirip benteng. Tak heran, karena Daulah Mamluk adalah penguasa dengan sistem pemerintahan bercorak militer.
Tembok tebal berwarna putih gading didirikan dengan batu-batu besar sebagai bahan penyangganya.
Nyaris tak ada ornamel atau mozaik yang menjadi hiasan. Hanya beberapa ukiran kayu bermotif geometris untuk memperindah ruangan.
Langit-langit ruangan tinggi. Ada beberapa yang berhias muqarnash. Muqarnash adalah hiasan berbentuk sarang lebah yang berada di bawah atap.
Sinar matahari masuk melalui lubang angin yang berada di antara celah-celah tembok.
Satu kata yang pas untuk menggambarkan keseluruhan bangunan adalah: kokoh dan fungsional. Bahkan makam Sultan Qalawun pun terlihat sederhana untuk ukran penguasa Mesir, Syam, Irak, dan sebagian India.
Baca Juga: Islamic Fashion Handbook, Upaya Menjadikan Indonesia sebagai Kiblat Busana Muslim Dunia
Islam Memanggilmu
View this post on Instagram
Daulah Mamluk menguasai wilayah Mesir dari 1250 sampai 1517 M. Kata “Mamluk” dalam bahasa Arab adalah bentuk tunggal, sedangkan bentuk jamaknya “Mamalik”.
Mamluk artinya seorang budak yang ditawan, namun orang tuanya merdeka. Kalau budak yang orang tuanya juga budak disebut “al-qin”. Singkatnya, Mamluk adalah budak yang diperjualbelikan.
Mereka dibawa dari Asia Tengah, seperti Fergana, Khawarizm, Bukhara yang kini masuk wilayah Uzbekistan.
Di luar bangunan-bangunan bersejarah itu, Muizz Street dipenuhi dengan toko-toko yang menjual beragam kebutuhan, souvenir, hingga kafe-kafe yang menawarkan kopi dan sisha.
Di plaza yang berada di tengah area, orang-orang bisa duduk-duduk menikmati senja. Pedagang kopi dan teh akan datang menjemput bola, menawarkan secarangkir teh atau kopi seharga 15 pound atau sekitar Rp7.500.
Juga kudapan manis zalabiya, semacam bola-bola ubi manis bersalut gula halus atau madu, seharga 10-20 pound atau Rp5-10 ribu.
Saya membayangkan, saat senja lindap seperti yang saya saksikan hari ini, Sultan Al Muẓaffar Sayf al-Dīn Quṭuz menyerukan jihad pada rakyatnya yang berbuah kemenangan heroik pasukan Muslimin melawan tentara Mongol.
Seperti inikah suara Sang Panglima Ain Jalut itu? “Saya menedengar dan menyambut seruanmu,” bisik saya dalam hati.[ind]