TURKI merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik di dunia Islam. Di sanalah terdapat kekhalifahan terakhir umat Islam.
Begitu banyak yang menarik dari Turki. Mulai dari wilayahnya yang berada di antara benua Asia dan Eropa. Begitu pun dengan jejak sejarahnya yang masih meninggalkan bekas kejayaan Islam.
Di sana pernah terdapat banyak ulama Islam. Pernah terdapat pahlawan besar Islam seperti Muhammad Al-Fatih yang berhasil menaklukkan Bizantium pada abad 14 M.
Menariknya, saat ini merupakan momen yang begitu tepat untuk bisa menjelajahi negeri di mana menara-menara masjidnya lebih tinggi dari gedung-gedung di sekitar.
Berikut ini alasan kenapa momen itu menjadi begitu tepat.
Pertama, Pemerintah Turki sudah menghapus kewajiban visa untuk warga Indonesia.
Sejak akhir Desember tahun lalu, pemerintah Turki sudah menghapus kewajiban visa untuk warga Indonesia.
Hal ini menurut pemerintah Turki karena jalinan persaudaraan antara Turki dan Indonesia sudah berabad-abad, bukan di tahun belakangan ini saja.
Jadi, pemerintah Turki menganggap tidak berasalan untuk “memeriksa” lebih jauh tentang saudaranya yang akan berkunjung kesana.
Dengan begitu, para wisatawan dari Indonesia tidak perlu lagi mengurus visa. Cukup dengan paspor kunjungan saja. Dengan lama kunjungan maksimal satu bulan.
Kedua, Turki sedang mengalami inflasi hingga 65 persen.
Saat ini negeri-negeri di kawasan Eropa tengah dilanda badai inflasi. Hal ini sebagai dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina yang menutup aliran suplai energi dan bahan pokok mereka.
Seperti diketahui, Turki merupakan negara pengimpor energi seperti minyak dan gas dari Rusia. Besar impornya nggak tanggung-tanggung: seratus persen.
Karena itulah ekonomi Turki mengalami dampak serius. Mata uangnya, Lira, mengalangi kejatuhan nilai yang luar biasa.
Misalnya, pada tahun 2019 lalu, nilai Lira setara dengan 2.500 rupiah. Kini, harganya hanya 850 rupiah saja.
Hal ini berdampak pada harga-harga barang di sana yang jika diukur dengan uang asing seperti rupiah menjadi turun. Begitu pun dengan harga penginapannya.
Hal ini bukan untuk mengeksploitasi infalasi di negeri sesama muslim. Sebaliknya, untuk membantu mereka agar ekonominya bisa pulih.
Tiga, Bulan Juni Juli merupakan musim panas di Eropa dan sekitarnya.
Turki juga bagian dari kawasan Eropa yang mengalami musim-musim yang tidak terjadi di Indonesia. Antara lain musim dingin yang bisa menurunkan salju. Dan musim panas yang tidak sepanas di Indonesia.
Jika berkunjung di bulan Juni Juli, wisatawan boleh jadi tidak perlu mengenakan jaket tebal. Meski disebut musim panas, tapi suhunya seperti berada di kawasan puncak Jawa Barat.
Saat ini pula, waktu shalat di sana tidak biasa dibandingkan dengan Indonesia. Misalnya, Magrib yang jatuh sekitar jam 9 malam, Isya pada hampir jam 11 malam, Subuh pada jam 3-an, Zuhur jam 1 siang lewat, dan Ashar pada jam 5 sore lewat.
Boleh jadi, pengalaman berada di waktu-waktu shalat ini bisa menjadi momen yang sangat berkesan karena tidak pernah terjadi di Indonesia. [Mh]