INILAH khutbah Rasulullah saat haji Wada. Pada tahun 10 H, hampir semua peristiwa telah dilalui Rasulullah. Orang-orang berbondong-bondong masuk agama Allah karena yang haq dan bathil telah jelas.
Kemudian pada bulan Dzulqaidah, Rasulullah mengumumkan akan melaksanakan haji yang mabrur.
Berbondong-bondong orang datang ke Madinah untuk turut serta dalam perjalanan haji bersama Rasulullah.
Pada Senin, 4 Dzulhijjah, Rasul memasuki Mekkah setelah sebelumnya singgah di Dzu Thuwa’. Perjalanan dari Madinah ditempuh dalam delapan hari yang berarti Rasul melakukan perjalanan sedang-sedang saja.
Setalah memasuki Masjidil Haram, beliau langsung thawaf mengelilingi Ka’bah, lalu disusul dengan sa’i antara Shafa dan Marwah tanpa bertahallul, sebab beliau berniat melaksanakan haji qiran.
Kemudian beliau menetap di bukit Makkah di Al-Hujun dan tidak lagi melakukan thawaf kecuali thawaf untuk haji.
Bagi sahabat yang tidak mempunyai hewan kurban diperintahkan agar menjadikan ihramnya sebagai umrah, lalu mereka thawaf mengelilingi Ka’bah dan disusul dengan sa’i antara Shafa dan Marwah, lalu bertahallul secara sempurna.
Tampaknya mereka masih ragu-ragu untuk melaksanakannya, namun akhirnya mereka menurutinya dan melaksanakannya.
Pada 8 Dzulhijjah, atau hari Tarwiyah, beliau pergi ke Mina dan shalat dzuhur, ashar, maghrib, isya dan shubuh di sana.
Setelah menunggu beberapa saat hingga matahari terbit, beliau melanjutkan perjalanan hingga tiba di Arafah dan tenda-tenda sudah didirikan.
Baca Juga: Jamaah Haji Diimbau Laksanakan Tawaf Wada Lebih Cepat
Inilah Khutbah Rasulullah Saat Haji Wada
Rasulullah masuk ke tenda yang telah diperuntukkan bagi beliau. Setelah matahari tergelincir, beliau minta untuk didatangkan Al-Qashwa, lalu menungganginya hingga tiba di tengah padang Arafah.
Di sana sudah berkumpul sekitar 124.000 atau 144.000 orang muslim. Rasulullah kemudian berdiri di hadapan mereka menyampaikan khutbahnya.
“Wahai semua manusia, dengarkanlah perkataanku! Aku tidak tahu pasti, boleh jadi aku tidak akan bisa bertemu kalian lagi setelah tahun ini dengan keadaan seperti ini.
Sesungguhnya darah dan harta kalian adalah suci atas kalian seperti kesucian hari ini, pada bulan ini dan dinegeri kalian ini.
Ketahuilah segala sesuatu dari urusan jahiliyah sudah tidak berlaku di bawah telapak kakiku, darah jahiliyah tidak berlaku, dan darah pertama dari darah kita yang kuhapuskan adalah darah Ibnu Rabi’ah bin Al-Harits.
Riba jahiliyah tidak berlaku dan riba pertama yang kuhapuskan adalah riba Abbas bin Abdul Muththalib. Semua itu tidak berlaku.
Bertakwalah kepada Allah dan masalah wanita, karena kalian mengambil mereka dengan amanat Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah.
Kalian mendapatkan hak atas mereka, bahwa mereka tidak boleh mendatangkan seorang pun yang kalian benci ke tempat tidur kalian.
Jika mereka melakukan hal itu, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Mereka mendapatkan hak atas kalian rezeki dan pakaian mereka dengan cara yang ma’ruf.
Aku telah meninggalkan di tengah kalian sesuatu yang sekali-kali kalian tidak akan tersesat sesudahnya, selagi kalian berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitab Allah.
Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada nabi lagi sesudahku dan tidak ada umat lagi sesudah kalian.
Ketahuilah, sembahlah Rabb kalian, dirikanlah shalat lima waktu kalian, laksanakan puasa Ramadhan kalian, bayarlah zakat harta kalian dengan sukarela, tunaikanlah haji di Rumah Rabb kalian dan taatilah waliyul amri kalian, niscaya kalian masuk surga Rabb kalian.
Tentunya kalian bertanya-tanya tentang diriku. Lalu apa yang kalian katakan?”
Mereka menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah bertabligh, melaksanakan kewajiban dan memberi nasihat.”
Lalu beliau bersabda sambil mengacungkan jari telunjuknya ke langit dan mengarahkannya kepada orang-orang, “Ya Allah, persaksikanlah!” Beliau mengucapkannya tiga kali.
Adapun yang berseru di hadapan orang-orang menirukan sabda beliau ini adalah Rabi’ah bin Umayyah bin Khalaf.
Setelah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam selesai menyampaikan khutbahnya turun firman Allah,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucupkan kepada kalian nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagi kalian.” (Al-Maidah: 3)
Umar bin Al-Khaththab yang mendengarnya tak kuasa menahan air matanya. Ada yang bertanya, “Mengapa engkau menangis?”
Dia menjawab, “Sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan.”[ind]