SHALAT jamaah di masjid banyak hikmahnya. Mulai dari keutamaan ibadah juga kebaikan dalam hidup sosial. Masjid merupakan rumah kedua umat Islam.
Ulama memang berbeda pendapat tentang hukum shalat jamaah di masjid. Sebagian ulama menghukumi sunnah muakkadah, wajib kifayah, dan wajib setiap individu muslim laki-laki.
Di luar itu semua, shalat jamaah di masjid menyimpan begitu banyak hikmah yang bisa digali. Di situlah kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan untuk selalu ke masjid.
Satu, lebih taqarrub dengan Allah subhanahu wata’ala.
Berbeda dengan shalat di rumah, shalat di masjid memberikan suasana sendiri. Yaitu, ada hubungan yang begitu dekat dengan Allah subhanahu wata’ala.
Antara lain, di masjid ada begitu gairah untuk shalat sunnah. Mulai dari shalat tahiyat masjid, sunnah qabliyah dan atau ba’diyah, dan lainnya.
Gairah ini sangat jarang dirasakan jika shalat dilaksanakan di rumah. Paling hanya shalat wajibnya saja.
Begitu pun dengan zikir-zikir. Masjid memberikan daya tarik tersendiri untuk bisa fokus dengan zikir. Sementara di rumah, ada tarikan lain sehingga zikir ba’da shalat kerap dilalaikan.
Dua, ada semangat ukhuwah di masjid.
Ukhuwah dengan tetangga merupakan hal utama setelah dengan sanak kerabat. Bahkan, dalam hal keseharian terhadap tetangga jauh lebih utama daripada terhadap kerabat yang rumahnya jauh.
Masjid memberikan wadah tersendiri untuk membangun persaudaraan dengan tetangga. Setidaknya ada dua momen yang membuat kita bisa ngobrol dan silaturahim dengan mereka. Yaitu, pada shalat Isya dan Subuh.
Hal ini karena di dua waktu shalat itu, umumnya warga memang sedang berada di rumah. Dari situ pula terlihat apakah tetangga sedang sehat atau sakit.
Jangan bayangkan urgensi persaudaraan dengan tetangga pada saat kita sehat dan baik-baik saja. Bayangkan jika kita sakit, dapat musibah, dan lainnya. Maka, tetanggalah yang pertama menolong kita.
Tiga, masjid menjadi saringan terbaik hubungan sosial.
Jika kita sedang mencari rumah, carilah rumah dengan lingkungan yang dekat dengan masjid. Karena keberadaan masjid menjadi pertanda bahwa lingkungan itu baik.
Suasana di lingkungan masjid begitu mengkondisikan kebaikan. Antara lain, terbiasa menutup aurat, terkondisikan dengan suara-suara bacaan Qur’an dan zikir, dan suasana tolong menolong yang Islami.
Bisa dibilang, warga yang terbiasa berada di masjid dalam keseharian memberikan jaminan di atas lima puluh persen bahwa warga itu orang baik, amanah, dan lebih empati.
Berbeda dengan sebuah klaster perumahan yang hanya diidentikkan dengan pagar dan sekuriti 24 jam. Terlihat memang aman-aman saja, tapi suasana hati warganya boleh jadi individualis.
Empat, lingkungan masjid sangat dibutuhkan untuk pendidikan anak.
Anak-anak butuh lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang mereka. Kata baik bukan hanya aman dan nyaman, tapi juga Islami.
Anak-anak yang terbiasa dengan lingkungan masjid akan terkondisikan untuk gemar ibadah. Mulai dari shalat berjamaah, pengajian atau majelis taklim, dan lainnya.
Mereka bisa berlatih untuk gemar infak dengan memberikan infak setiap datang ke masjid. Ada kesan tersendiri untuk anak ketika memasukkan uang mereka ke loket atau tromol masjid.
Anak-anak juga belajar mengikuti lafaz-lafaz zikir yang disuarakan secara jahar atau kencang sehabis selesai shalat. Setidaknya, mereka bisa berlatih untuk “anteng” sejenak ketika selesai shalat.
Dan semua kegiatan rutin di masjid ini akan membentuk kepribadian mereka: taat, dermawan, amanah, jujur, berakhlak, dan lainnya.
Jadi jika kita tinggal di lingkungan yang dekat dengan masjid, manfaatkanlah keadaan ini sebaik-baiknya. Insya Allah akan banyak keberkahan, dunia dan akhirat. [Mh]