ALLAH menurunkan Nabi Adam ke bumi bukan semata-mata kesalahan Nabi Adam melanggar perintah Allah, namun ada banyak hikmah Allah menurunkan Nabi Adam ke Bumi yang bisa kita petik dan tentunya ini menguntungkan umat manusia, khususnya untuk mereka yang beriman dan beramal shalih.
Disarikan dalam kitab Miftahu Daar as-Sa’adah yang ditulis oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah, terdapat banyak sekali hikmah yang bisa kita petik dari diturunkannya Nabi Adam dan keturunannya:
1. Surga dipenuhi dengan kenikmatan yang tiada akhir dan tiada terbatas. Jika manusia berada di surga, ia tidak merasakan kenikmatan itu karena tidak pernah merasakan kesulita. Dengan diturunkannya Nabi Adam ke bumi maka mereka mengetahui beban kesulitan.
Dan bagi mereka yang menjalani kesulitan untuk meraih kecintaan Allah, akan masuk surga dan merasakan balasan dari kesulitan yang selama ini dia rasakan.
Baca Juga: Seluruh Keturunan Adam Pernah Bersumpah di Hadapan Allah Sebelum Terlahir di Dunia
Hikmah Allah Menurunkan Nabi Adam ke Bumi
2. Turunnya Nabi Adam ke muka bumi untuk menerima taklif atau pembebanan berupa perintah dan larangan. Manusia yang berhasil melaksanakan taklif dari Allah akan mendapatkan kedudukan sebagai hamba yang dicintai-Nya dan tentunya surga terbuka untuknya.
3. Allah memiliki Asma’ul Husna, nama-nama baik yang merepresentasikan sifat-sifat-Nya yang mulia.
Ia mampu mengampuni, mengasihi, mengangkat, memuliakan, menghinakan, menyiksa, memberi, tak memberi, melapangkan dan sebagainya bagi siapa saja yang Dia kehendaki sebagai manifestasi dari asma dan sifat yang Dia miliki.
Semua ini dapat dirasakan oleh manusia saat ia berada di bumi. Demikian pula kekuasaan-Nya yang sangat tinggi itu dapat dirasakan oleh manusia di bumi ini. Ia mampu meninggikan dan merendahkan serta menghukum manusia.
Sedangkan di surga tidak ada manusia yang direndahkan dan dihinakan.
4. Puncak keimanan seorang hamba adalah percaya kepada Yang Gaib. Di dunia segalanya tampak nyata, maka seseorang yang mampu mengimani Allah berada pada keimanan yang hakiki.
Seandainya mereka tetap ditempatkan di dalam surga, maka mereka tidak akan memperoleh tingkat keimanan kepada yang gaib ini. Mereka pun tidak akan merasakan kelezatan dan kemuliaan yang hanya dapat terwujud dengannya.
Bahkan kelezatan dan kemulian yang tersedia bagi mereka di surga, tempat kenikmatan itu, tidak seperti yang akan mereka peroleh karena keimanan kepada yang gaib.
5. Allah menciptakan manusia dengan beragam bentuk, sifat serta karakter. Dengan diturunkan manusia ke bumi maka dapat dibedakan mana manusia yang taat dan tidak, yang baik dan buruk. Allah berfirman:
“Supaya Allah memisahkan golongan yang buruk dari yang baik dan menjadikan yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu semuanya ditumpukannya dan dimasukkannya ke dalam neraka Jahanam. (Mereka itulah orang-orang yang merugi)” (al-Anfal: 37)
6. Allah ingin menampakkan ilmu-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan malaikat-Nya. Melalui para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang berilmu yang telah Allah beri ilmu kepada mereka. Walaupun ilmu Allah sangat luas dan tidak terbatas, manusia hanya membawa sebagian kecil dari ilmu-ilmu-Nya.
Orang-orang istimewa tersebut tentunya hanya ditemukan di bumi, sebagaimana Allah mengatakan kepada malaikat bahwa manusia akan dijadikan khalifah di bumi ini.
7. Manusia adalah hamba yang istimewa bahkan dibandingkan dengan malaikat. Manusia diberi oleh Allah akal dan hawa nafsu.
Bagi orang yang beriman dan taat dapat mengontrol hawa nafsunya terhadap banyaknya godaan untuk durhaka di bumi ini. Inilah yang membuat mereka lebih istimewa dibandingkan malaikat.
Sedangkan ketaatan para malaikat kepada Allah seakan sudah menyatu dengan jiwa mereka.
8. Hamba-hamba Allah yang taat kepada-Nya dan mampu mengalahkan hawa nafsunya demi memdapatkan kehormatan dan kemuliaan di sisi Allah serta melalui kecintaanya kepada Allah, semua ini dapat terwujud dengan mereka menerima larangan dan perintah dari Allah di bumi ini.
Penghambaan yang totalitas kepada Allah inilah yang menjadikan Nabi Muhammad sebagai manusia terbaik.
Dalam beberapa kesempatan, Allah selalu menyebut Nabi Muhammad sebagai seorang hamba bukan nabi ataupun Rasul.
Hal ini untuk menunjukkan bahwa Nabi Muhammad mendapatkan kedudukan paling agung karena penghambaan beliau.
Jika penghambaan di sisi Allah memiliki kedudukan yang sedemikian rupa tingginya, maka hikmah-Nya menghendaki untuk menempatkan Adam dan keturunannya di bumi ini supaya mereka bisa mencapai penghambaan tersebut.
9. Turunnya Nabi Adam ke bumi juga memberitahukan kita untuk selalu berhati-hati terhadap kecenderungan pada hawa nafsu yang dapat menyengsarakan diri sendiri.
Saat seseorang telah mengalami kekalahan akibat kesalahannya maka ia akan waspada atas kesalahan yang akan tiba kapan saja.
Dengan begitu, jika manusia tetap berada di surga, maka ia tidak akan pernah mengalami kekalahan dan tidak akan pernah waspada atas bahaya mengikuti hawa nafsu.
Masih banyak lagi hikmah yang diterangkan oleh Ibnu Qayyim. Ini hanya sebagai kecil saja. Tentunya saat berbicara kebaikan Allah kepada hamba-hamba-Nya tidak cukup hanya dengan kata-kata yang terbatas ini. [Ln]