ChanelMuslim.com – Halusinasi dan Ilusi
Sebuah kabar mayat misterius sontak menyeruak di tengah masyarakat desa Jeruk. Menurut isu yang tersebar, sesosok mayat tanpa kepala ditemukan di tepian sungai. Anehnya, tak ada satu keluarga pun di Desa Jeruk yang merasa kehilangan sanak keluarga mereka.
Akhirnya, Pak Kades mengumpulkan seluruh warga di balai pertemuan desa. Katanya, Pak Kades akan menjelaskan sosok mayat misterius yang menjadi sorotan desa.
Baca Juga: Ini Perbedaan Delusi dan Halusinasi
Halusinasi dan Ilusi
Karena isu yang begitu menarik, hampir semua warga desa berbondong-bondong datang. Tua, muda, laki, perempuan, bahkan anak-anak pun tak mau ketinggalan. Mereka begitu tertarik dengan kabar satu ini.
“Terima kasih wargaku sekalian. Sebelum saya jelaskan tentang isu mayat tanpa kepala di desa kita, saya kabarkan bahwa sesaat lagi kita akan kedatangan peti mati mayat tersebut. Karena sudah terlalu lama, bau mayatnya sudah sangat menyengat,” ungkap kepala desa yang disambut keriuhan warga.
“Mohon tertib dan duduk di tempat masing-masing. Nanti, masing-masing berdoa dalam hati, ya. Yang membawa sapu tangan silakan digunakan,” lanjut Pak Kades sambil memberikan isyarat kepada petugas untuk membawa peti mati kedalam ruangan.
Ketika peti mati mulai terlihat, tanpa komando, seluruh warga sontak menutup hidung mereka dengan alat apa adanya. Ada yang dengan sapu tangan, ujung kerudung yang mereka kenakan, bahkan dengan sebagian lengan baju yang mereka kenakan.
Petugas pun meletakkan peti mati itu di atas meja, persis di tengah-tengah warga yang hadir. Tak lama kemudian, Pak Kades berjalan mendekati peti mati itu.
“Baunya luar biasa, ya?” ucap Pak Kades yang tidak bisa dijawab warga dengan kata-kata, kecuali dengan anggukan saja. Mereka tak berani membuka penutup hidung dan mulut mereka.
Di luar dugaan, Pak Kades tiba-tiba membuka peti mati itu. Sontak, suasana menjadi kacau. Semua warga secara serentak bergerak menjauhi tempat Pak Kades dan peti mati itu berada. Tapi, warga tetap berada di sekitaran lokasi.
Ada satu hal yang aneh. Sejak mendekati peti mati, hingga membukanya, Pak Kades tak terlihat menutup hidung dan mulutnya. Apa ia sudah kebal dengan bau busuk, begitu suara batin sebagian warga.
Di tengah kebingungan itu, Pak Kades berujar, “Wargaku, apa kalian ingin lihat sosok mayat di peti ini?”
Tanpa perlu menunggu jawaban, dibantu petugas, Pak Kades memiringkan posisi peti agar bisa terlihat oleh kumpulan warga yang kian histeris akan melihat sosok mengerikan.
“Nah, saksikanlah wargaku sekalian!” ucap Pak Kades yang disambut riuh warga.
Semua mata warga terbelalak menyaksikan isi peti itu. Bukan karena sosok mayatnya yang sangat menakutkan. Bukan karena penampakan tubuhnya yang tanpa kepala. Tapi, karena peti mati itu kosong tanpa isi apa pun.
“Wargaku sekalian, peti ini kosong. Hayo, kalian boleh mendekat untuk membuktikannya. Tidak ada mayat. Tidak ada bau busuk,” ungkap Pak Kades.
Warga pun mulai berani mendekat. Tapi, tangan mereka masih tetap menutup mulut dan hidung karena takut mencium bau busuk.
“Coba buka penutup hidung dan mulut kalian,” tambah Pak Kades yang diikuti semua warga.
“Apakah kalian mencium bau busuk?” tanpa Pak Kades yang serempak dijawaban gelengan kepala seluruh warga.
“Wargaku, saya tidak sedang menipu kalian dengan peti kosong. Saya ingin mengajarkan kalian tentang halusinasi dan ilusi,” ucap Pak Kades.
Pak Kades menjelaskan, halusinasi adalah penglihatan kita terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak nyata. Hanya prasangka dan rasa takut kita sendiri yang membentuk sosok tak nyata itu menjadi seolah nyata.
Sementara, ilusi adalah apa yang barusan terjadi dengan kehadiran peti mati. Sebuah benda yang sebenarnya biasa saja, karena ilusi, menjadi sesuatu yang lain: menakutkan, menjijikkan, dan seterusnya.
“Wargaku sekalian, kalian paham apa yang saya maksudkan? Jangan pernah berhalusinasi karena isu. Cek kebenarannya. Dan, jangan berilusi terhadap sesuatu yang sebenarnya biasa saja,” jelas Pak Kades yang diiringi anggukan serempak warga.
**
Halusinasi dan ilusi terhadap sebuah isu, kadang tidak menjangkiti kalangan warga desa yang rendah pendidikannya. Masyarakat kota pun bisa seperti itu. Termasuk masing-masing individu kita.
Belajarlah untuk terbiasa tidak percaya isu sebelum ada kepastian yang bisa dipegang. Cek and ricek, agar kita tidak justru menjadi bagian yang menjadikan isu menjadi lebih seram dan menakutkan. Terlebih, isu tentang saudara dekat kita. (Mh)