ChanelMuslim.com– Eceng Gondok
Menjelang putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, seorang yang disebut sebagai pemerhati media (A) mengatakan, warga Jakarta merupakan orang-orang yang rasional. Tidak akan terbujuk dengan sogokan, rayuan, dan hasutan.
Namun, ketika hasil pilkada memenangkan pasangan nomor 3, A ini pun mengucapkan sumpah serapahnya, “Dasar, 57,9 persen masyarakat Jakarta goblok semua!”
Ada lagi sosok lain yang disebut pemerhati hukum (B). Sebelum tanggal 9 Mei lalu, B mengatakan di depan publik bahwa semua harus menerima keputusan hukum. Kita harus belajar dewasa sebagai warga negara. Ini negara hukum, Bung!
Baca Juga: Gendhis, Wisata Go Enceng di Sleman Yogyakarta
Eceng Gondok
Namun, setelah siang menjelang sore di tanggal 9 Mei itu, ia mengatakan, “Hakim payah! Negara apa ini? Pasti hakimnya disuap. Dia tidak bersalah!”
Yang terakhir orang yang disebut sebagai pemerhati sosial (C). Ketika marak terjadi aksi unjuk rasa 411, 212, dan seterusnya, C mengatakan, “Itu yang demo-demo di tanggal cantik apa pengangguran semua ya? Seharian demo kayak orang nggak punya kerjaan. Dasar kaum radikal intoleran!”
Setelah hakim membacakan vonis, C termasuk salah satu demonstran yang menangis sambil memeluk tiang listrik di depan LP Cipinang, membakar apa saja yang bisa dibakar, dan bersama-sama temannya berusaha merobohkan pagar bangunan LP.
C dan teman-temannya tak perduli aksinya telah memacetkan jalan di saat jam pulang kerja. Dan, tak perduli kalau aksinya berakhir hingga larut malam, bahkan membuat takut orang yang dibelanya hingga mesti dipindahkan ke markas tempur polisi.
Sosok A, B, dan C adalah gambaran dari 42 persen warga Jakarta yang tidak punya pendirian, labil. Idealismenya berubah-ubah secara drastis, tergantung lingkungan mereka.
Mereka begitu gampang mencap orang lain yang tidak sepaham sebagai golongan radikal, anti Pancasila, tidak taat hukum, intoleran, dan sederet label buruk lain. Padahal, mereka sendirilah yang mempraktekkan apa yang mereka cela.
Terhadap orang-orang seperti ini, masyarakat Betawi menyebutnya “Eceng Gondok”: ke bawah tidak berakar, dan ke atas tidak bercabang. Ia hanya objek permainan gelombang dan arus air; kemana arus air mengalir, kesanalah mereka bergerak. (muhammad nuh/disadur dari #NyokPiknik/foto: rierolspetits)