BENTUK taubat pelaku gibah. Tanpa sadar, perilaku tersebut seperti seolah-olah sudah menjadi kebiasaan ketika berkumpul. Namun, hal yang harus kita pahami bahwa gibah merupakan perbuatan dosa.
Baca Juga: Respons Para Ulama Terdahulu ketika Digibahi
Di antara Bentuk Taubat Pelaku Gibah
Oleh sebab itu, kita harus bertaubat. Terlebih lagi, gibah ini berhubungan dengan manusia.
Apabila kita menyakiti hati sesama manusia, kita harus mendapat maaf dari orang yang tersakiti tersebut.
Asy-Syaikh ‘Abdullah Alu Bassam rahimahullah berkata,
طلب الحل ممن اغتيب قد يزيد الأمر شرا وقد يثير فتنا وعدوانا فصار الواجب بحق المغتاب أن يستغفر لمن اغتابه ويدعو له ويذكر محاسنه في المجالس التي اغتابه فيها وعند الأشخاص الذين عابه عندهم، فهذا العمل مع الندم والعزم على عدم العودة يكون سببا للتوبة النصوح وبراءة الذمة من عرض المسلم، والله أعلم.
“Meminta kehalalan dari perbuatan gibah terkadang akan menambah kejelekan dan memunculkan fitnah dan permusuhan, maka (dengan sebab ini) wajib bagi pelaku gibah untuk memohonkan ampun orang yang digibahinya, mendoakan kebaikan untuknya, serta menyebutkan kebaikannya di tempat-tempat yang dia telah menggibahinya dan di sisi orang-orang yang dia telah menggibahinya.
Perbuatan ini harus disertai dengan penyesalan dan tekad yang bulat untuk tidak mengulanginya. Yang demikian itu adalah sebab untuk meraih tobat yang tulus dan melepaskan tanggungan dari melanggar kehormatan seorang muslim. Wallahu a’lam.”
[Cms]
Sumber:
Taudhih al-Ahkam, hlm. 628.
Alih Bahasa:
Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu Umar غفر الرحمن له.
https://t.me/alfudhail