CARA para ulama membagi waktu. Ulama-ulama sangat mengerti konsep waktu dan mereka tidak ingin waktu terbuang percuma tanpa melakukan hal yang bernilai pahala.
Lain hal dengan kehidupan masyarakat sekarang ini yang sering lalai dan lebih banyak menghabiskan waktu luang dengan istirahat.
Baca Juga: Mendatangi Ulama saat Ingin Memulai Usaha, Apakah termasuk Syirik?
Cara Para Ulama Membagi Waktu
Diceritakan oleh Sa’id Al-Hariri, para salaf ketika berada di waktu siang sibuk memenuhi hajat mereka, dan memperbaiki penghidupannya. Sedangkan di sore hari (waktu malam), mereka dalam keadaan beribadah dan shalat. (Hilyah Al-Auliya’, 6: 200)
Diceritakan oleh Shidqah, ia berkata, ‘Amr bin Dinar biasa membagi waktu malam menjadi tiga: sepertiga untuk tidur, sepertiga untuk berdiskusi, sepertiga untuk shalat malam. (Hilyah Al-Auliya’, 3: 348)
Tentang Sulaiman At-Taimiy diceritakan oleh Hamad bin Salamah, ia berkata, “Kami tidaklah mendatangi Sulaiman At-Taimi melainkan ia berada dalam keadaan ibadah pada Allah. Di waktu shalat, kami melihatnya berada dalam keadaan shalat.
Pada selain waktu shalat, kami mendapati beliau entah sedang berwudhu, mengunjungi orang sakit, mengurus jenazah, atau duduk di masjid. Seakan-akan kami menganggap beliau tidak pernah bermaksiat sama sekali.” (Hilyah Al-Auliya’, 3: 28)
Tentang Imam Syafi’i, Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala’ (10: 35) menyebutkan, Muhammad bin Bisyr Al-‘Akri dan selainnya berkata, telah bercerita pada kami Ar-Rabi’ bin Sulaiman, ia berkata, “Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur.” Imam Adz-Dzahabi menyebutkan, “Tiga aktivitas beliau ini diniatkan untuk ibadah.”
Waktu begitu penting untuk dijaga. Al-Auza’i berkata, setiap detik yang terlewat di dunia akan ditampakkan pada hamba pada hari kiamat. Hari demi hari, waktu demi waktu, demikian.
Jika satu detik tidak diisi dengan mengingat Allah, yang ada hanya kerugian belaka. Bagaimana lagi jika terlewat satu jam, satu hari, atau satu malam tanpa dzikrullah. (Hilyah Al-Auliya’, 6: 142)
Pembagian waktu yang dilakukan ulama dapat menjadi inspirasi. Meski mungkin kehidupan dan mencari penghidupan telah menyibukkan kita, semoga kita dapat memanfaatkan waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat. [w/rumayso/Cms]