MANUSIA seringkali kesulitan untuk mengevaluasi diri atau melihat kekurangan diri, sehingga ia akan sulit untuk menjadi pribadi yang lebih baik karena tidak melakukan pengobatan ataupun perbaikan dari kesalahan yang telah ia perbuat.
Dalam buku Tazkiyatun Nafs karya Said Hawwa disebutkan bahwa Allah apabila menghendaki kebaikan bagi seorang hamba-Nya maka Ia akan memperlihatkan berbagai aib diri hambanya. Ada setidaknya empat cara bagi seseorang untuk mengevaluasi dirinya melalui orang lain, yaitu:
Cara Mengevaluasi Diri Melalui Lisan Orang Lain
1. Sering berkumpul dan bertemu dengan guru atau syeikh yang mengenalnya dengan baik. Guru atau syeikh tersebut cukup jeli terhadap berbagai kekurangan yang tersembunyi di dalam jiwa muridnya itu.
Biasanya mereka juga akan memberikan nasihat dan solusi-solusi agar seseorang ini bisa memperbaiki kekurangan dan kesalahannya.
2. Meminta pendapat dari sahabat yang jujur, ahli agama dan memiliki pandangan yang tajam untuk mengjadi pengawas dirinya. Hal ini dilakukan demi memberikan perhatian dan menunjukkan berbagai akhlak yang tercela yang pernah dilakukannya orang tersebut sehingga ia bisa bangkit untuk memperbaiki diri bersama sang sahabat.
3. Memanfaatkan lisan para musuh untuk mengetahui aib dirinya, karena mata kebencian bisa mengungkapkan segala keburukan.
Biasanya seseorang akan lebih banyak mengambil manfaat dari musuh bebuyutan yang menyebutkan aib-aibnya ketimbang manfaat yang diperoleh dari teman yang berbasa-basi dengan berbagai pujian tetapi menyembunyikan aib-aibnya.
4. Memperluas pergaulan dengan masyarakat untuk melihat segala hal yang tercela di tengah kehidupan mereka maka seseorang bisa mencurigai dirinya sendiri melakukan hal itu dan menjadikannya sebagai evaluasi diri.
Demikian karena seorang mukmin adalah cerminan bagi mukmin yang lain. Ketika melihat aib saudaranya maka iapun seperti melihat aib dirinya sendiri.
Sahabat Muslim, mari hendaknya kita melakukan evaluasi diri tidak hanya berdasarkan penilaian pribadi namun juga penilaian orang lain yang memiliki kejelian terhadap keburukan dan kesalahan kita. [Ln]