BARAKAH adalah bertambahnya kebaikan dalam apapun keadaan. Kebaikan pada si hamba; dalam sakit dan ‘afiyah, menang dan kalah, nikmat dan musibah.
Ustaz Salim A. Fillah menulis tentang makna barakah. Ujar Hasan Al Bashri, “Hukuman atas dosa bukan terhentinya rizqi, melainkan terputusnya munajat mesra dengan Ilahi.” Mari benahi ‘amal diri.
Beruntunglah yang dosanya disusuli taubat nashuha; yang ibadah tak membuatnya berbangga; harap-cemas akan ridha-Nya, dan berjuang mencintai-Nya.
Adalah rahmat-Nya; Allah jadikan rasa kaya dan bahagia itu dalam dada kita; ridha pada pembagian dan ketetapan-Nya; hingga dunia ringanlah saja.
Kekayaan terbesar adalah dosa yang diampuni, ibadah yang diridhai, nikmat yang tersyukuri, dan musibah yang tersabari. AlhamduliLlah.
Allah Maha Pengasih tiada pilih; dunia dikaruniakan tuk yang dibenci maupun dicinta. Tak perlu disedihkan kekalahan pada perlombaan atasnya.
Tapi jika tentang akhirat; Allah Maha Penyayang tanpa batas berbilang; hanya untuk hamba yang diridhai dan dicintai-Nya. Rebutlah senantiasa.
Baca Juga: Al Kahfi di Jumat Barakah
Barakah Bertambahnya Kebaikan dalam Apapun Keadaan
Iman memang tak menjamin kita untuk selalu berlimpah dan tertawa. Tapi ia menyediakan rengkuhan lembut-Nya; dalam apapun dera yang menimpa.
Barakah adalah bertambahnya kebaikan dalam apapun keadaan. Kebaikan pada si hamba; dalam sakit dan ‘afiyah, menang dan kalah, nikmat dan musibah.
Betapa barakah Nabi dan para sahabat; meski lebih banyak sempit dari lapangnya, susah dari senangnya, dan tak selalu menang dalam perangnya.
Betapa barakah kepemimpinan ‘Umar; ada kegemilangan memang; tapi juga 2 tahun paceklik berat kekeringan ‘Ramadah’ yang mencabik negara.
Sungguh keliru anggapan jika pemimpin shalih dan rakyat bertaqwa maka musibah akan sama sekali tiada. Tidak. Barakah itu warna-warni jalannya.
Seperti ujar ‘Abdurrahman ibn ‘Auf pada ‘Umar saat Ramadah, “Dulu di zaman jahiliah, paceklik seperti ini sudah membuat orang saling bunuh.”
“Tapi dalam kepemimpinanmu hai Amiral Mukminin, mereka semua menampakkan kesabaran bersama kesabaranmu; bahkan mengutamakan saudaranya.”
Hingga jelata macam Ahnaf ibn Qais yang ambruk kelelahan membagi ransum berdoa, “Rabb, jangan murkai aku jika masih ada hamba-Mu yang lapar.”
Ketika Sa’d ibn Abi Waqqash mengirimkan ghanimah perbendaharaan Kisra, ‘Umar berkata, “Betapa amanah panglima dan pasukan ini. Betapa amanah!”
Maka sahut ‘Ali, “Sebab kau pemimpin yang tak tergoda dunia, maka demikian pula rakyatmu. Andai kau terrayu, pasti mereka memperebutkannya.”
RadhiyaLlahu ‘Anhum Ajma’in. Itulah barakah; tampak pada jiwa-jiwa mulia dan tanggapan mereka; bukan pada keadaan dan kejadian yang menimpa.[ind]
Sumber: https://t.me/semangatsubuh