SEPANJANG sejarah, banyak peradaban telah membuat kemajuan signifikan dalam dunia sains dan berbagai bidang lainnya melalui penggunaan otak yang tepat.
Namun, peradaban Islam melampaui mereka dalam mencapai kemajuan yang luar biasa dengan menggunakan materialisme dan idealisme.
Seorang profesor non-Muslim, di kelas sarjana tahun ke-4 tentang sejarah sains, pernah berkata, “Jika bukan karena masalah politik dan pertikaian terus-menerus antara satu sama lain, umat Muslim pasti sudah berada di bulan pada tahun 1400-an”.
Jadi, bagaimana membaca Kitab Allah dapat memberikan dampak abadi pada fungsi organ paling rumit dalam tubuh manusia?
Jawabannya terletak pada berbagai komponen otak yang terstimulasi dan teraktivasi saat ayat-ayat Al-Qur’an dibacakan.
Dilansir dari aboutislam, proses membaca Al-Qur’an dianalogikan seperti seorang atlet yang sedang berlatih untuk lari maraton.
Saat mempersiapkan diri untuk lari maraton, seorang atlet mempersiapkan diri dengan berlari jarak jauh, mengonsumsi makanan sehat, mengembangkan daya tahan, dan membiasakan otot-ototnya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Begitu pula, menghafal Al-Qur’an memiliki efek yang sama pada otak seseorang.
Pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an secara terus-menerus dengan bacaan yang tepat (tajwid) akan mengaktifkan area-area tertentu di otak yang memudahkan tindakan pemahaman, pemrosesan, dan penyimpanan dalam segala kapasitas.
Tidak hanya ada realitas spiritual di balik menghafal dan membaca Al-Qur’an, tetapi juga realitas materialistis yang terbentuk di dalam otak.
Bagian utama otak yang diaktifkan dari pembacaan Al-Qur’an adalah tiga lobus Korteks Serebral, yaitu Lobus Frontal, Lobus Parietal, dan Lobus Temporal.
Korteks Serebral merupakan bagian terbesar otak manusia, berkaitan dengan fungsi otak tingkat tinggi seperti berpikir dan bertindak.
Tindakan mendengarkan Al-Qur’an dan melafalkannya secara akurat selama menghafal akan merangsang Lobus Temporal yang terdapat di dalam Hippocampus yang merupakan pusat memori otak.
Bacaan Al-Qur’an: Percikan Petir bagi Otak Manusia
Baca juga: Samakah Pahala Membaca Quran dari Hp dengan Mushaf
Demikian pula, lobus parietalis kiri dan kanan, yang memproses membaca, menulis, berbicara, logika, hubungan visuospasial, dan pemahaman ekspresi wajah, juga terstimulasi secara konsisten yang mengarah pada peningkatan kemampuan logika dan matematika serta kekuatan visuospasial; dan ini dapat menjelaskan keberhasilan peradaban Muslim di bidang astronomi dan matematika.
Peradaban Muslim merupakan rumah bagi para ilmuwan ternama dunia seperti Al-Kindi dan Al-Khawarizmi.
Karena mendengarkan Al-Qur’an setara dengan mendengarkan musik, penelitian terkini menunjukkan bahwa hal ini memicu pelepasan dopamin, suatu neurotransmitter—zat kimia yang dilepaskan oleh neuron (sel saraf) untuk mengirimkan sinyal ke sel saraf lainnya.
Dopamin berperan besar dalam perilaku yang dimotivasi oleh penghargaan.
Hal ini juga menyebabkan berkurangnya rasa sakit dan membantu individu pulih dari stroke atau cedera lainnya.
Ia juga membantu meningkatkan keterampilan kognitif serta meningkatkan daya tahan dan gejala demensia.
Pengawasan cermat terhadap pendidikan di seluruh dunia menunjukkan bahwa hampir tidak ada sistem pendidikan di seluruh dunia yang mengikuti struktur serupa.
Untuk mencapai potensi penuh sebagai umat Islam dan untuk menghidupkan kembali warisan peradaban Islam awal, suatu sistem pendidikan yang tradisional dan berteknologi sesuai dengan zaman dan kondisi masa kini dapat membantu dalam mencapai kemajuan yang luar biasa.
Belajar adalah suatu proses dan hasil, dan cara terbaik untuk berhasil adalah mengikuti jejak mereka yang telah meninggalkan jejak yang belum pernah terjadi sebelumnya.[Sdz]