ISLAM sangat peduli terhadap masalah keluarga, menetapkan dasar-dasar pembentukannya, serta membimbing agar ikatannya abadi dan perannya menjadi sempurna.
Tak ada hal sekecil apa pun dalam al-Quran dan sunnah yang berkenaan dengan kebahagiaan dan ketenteraman keluarga, kecuali hal itu diterangkan secara rinci, dan prinsip dasarnya ditetapkan secara tegas.
Islam tidak sekadar menjelaskan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam rumah tangga, sebab itu saja tidak cukup untuk menegakkan satu unsur terpenting dalam masyarakat.
Akan tetapi, al-Qur’ an dan sunnah meletakkan keluarga dalam satu kerangka yang di dalamnya sifat egois melebur.
Dengan begitu, sifat-sifat seperti suka memaksa, melakukan kekerasan, merasa paling unggul, semuanya menguap dari kehidupan sebuah rumah tangga.
Pada gilirannya, keluarga diharapkan jernih dan jauh dari kekeruhan, terbebas dari sikap saling menonjolkan diri, saling meremehkan dan menjauhi, kemudian kondisinya kembali lurus seperti sedia kala.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Saudaraku, kaulihat, al-Qur’ an menggugah perasaan yang ada pada diri masing-masing suami istri, bahwa setiap orang dari mereka sangat dibutuhkan oleh yang lain, menjadi penyempurna baginya dalam melestarikan eksistensinya dan mengabadikan pengaruhnya.
Seakan-akan al-Qur an menegaskan kepada lelaki bahwa wanita adalah sebagian dari dirinya, ia tidak bisa hidup tanpanya.
Sebaliknya, al-Qur` an juga menyatakan kepada para wanita bahwa ia adalah bagian dari lelaki dan berasal dirinya, sedangkan setiap manusia sangat membutuhkan asal atau bagiannya sendiri.
Kedua suami istri hidup dalam ikatan cinta dan kasih sayang yang mempererat hubungannya satu sama lain.
Pasangan itu menjadi satu rasa, satu intuisi, satu ranjang, dan satu visi dalam melihat indahnya kehidupan.
Perhatian Islam terhadap Pembentukan Keluarga dan Kebahagiaannya
Keduanya membentuk satu rahasia, satu harapan, satu amal, satu kesepahaman, satu produktivitas dalam melahirkan keturunan, dengan terus bersama-sama dalam suka dan duka dalam merawat keturunan mereka.
Bacalah makna di atas dalam ayat Kitab Allah yang berbunyi:
هُنْ لِيَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“Mereka adalah pakaiun bagi kamu dan kamu adalah pakaian bugi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187).
Dengan begitu, kita tahu bahwa hubungan suami istri adalah interaksi yang sangat erat, sebagaimana dikatakan oleh salah satu ulama salaf, “Suami adalah orang yang paling dicintai oleh seorang wanita, melebihi ayah-bundanya. Tidakkah kaulihat ia rela meninggalkan ayah-bundanya dan memilih untuk bersatu dengan suaminya? Karena itu, hubungan ini adalah hubungan sosial yang paling kokoh dari segi hasrat dan perasaan. Jika hasrat dan perasaan telah bersatu dalam satu wadah, akan terbentuklah satu ikatan jiwa yang sangat kuat.”
Baca juga: 17 Permasalahan dalam Keluarga Muslim yang Harus Dihindari
Al-Qur’ an menyucikan hubungan hasrat, perasaan, dan fitrah yang terjadi di antara suami istri ini dan memandangnya sebagai salah satu tanda kekuasaan dan nikmat Allah.
Baca firman Allah, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21).[Sdz]
Sumber: Buku Bekal Pernikahan karya Syaikh Mahmud Al-Mashri.