ANAK berulah, orang tua kena getah. Akhir-akhir ini, publik dikagetkan dengan peristiwa penganiayaan yang dilakukan oleh seorang anak pejabat publik.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mencopot Rafael Alun Trisambodo (RAT) dari jabatan dan tugasnya di Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak/DJP).
Tak hanya dicopot, sumber harta kekayaan kepala bagian umum kantor wilayah Jakarta Selatan II tersebut yang mencapai Rp 56 miliar juga diselidiki.
Rafael dicopot dari posisinya di Ditjen Pajak menyusul kasus penganiayaan yang dilakukan anaknya, yaitu Mario Dandy Satriyo (MDS) terhadap David Latumahina. [Republika, 24/2].
Penulis Journey to the Light, Uttiek M. Panji Astuti menulis, lagi-lagi, bangsa ini harus menyaksikan drama skandal kehidupan keluarga pejabat yang memalukan.
Anak polah bapa kepradah, kata pepatah Jawa yang maknanya anak berulah orangtua yang kena getah.
Kasus orangtua yang kena getah atas ulah anaknya sudah berulang terjadi. Alqur’an pun secara tegas menyebutkan,
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” [QS. At-Taghabun: 15].
Tak hanya menimpa orang kebanyakan, bahkan sahabat mulia panglima fatuh Mesir Amru ibn Ash pun pernah mengalaminya.
Baca Juga: Kasus Kekerasan Anak di Pesanggrahan, Menteri PPPA Angkat Bicara
Anak Berulah, Orang tua Kena Getah
Suatu hari, datanglah seorang pria dari Mesir mencari Amirul Mukminin Umar ibn Khattab di Madinah, “Wahai amirul mukminin, aku hendak meminta perlindungan kepadamu,” katanya.
“Aku akan melindungi orang yang butuh perlindungan. Apa masalahmu?” tanya Umar.
“Aku berlomba adu cepat kuda dengan putra Amru bin Ash, lalu aku berhasil mengalahkannya.
Namun kemudian ia mencambukku dengan cemetinya dan berkata, ‘Aku adalah putra dari orang terhormat,” sambat pria Mesir tersebut.
Mendengar laporan itu, Umar langsung mengirim surat kepada Amru bin Ash yang berisi perintah untuk melaksanakan ibadah haji bersama anaknya pada musim haji nanti.
Umar juga meminta warga Mesir tersebut untuk tinggal di Makkah sampai datangnya rombongan haji dari Mesir.
Usai pelaksanaan haji, ketika Amru ibn Ash dan anaknya sedang duduk-duduk bersama, Umar melemparkan cemeti pada pria Mesir itu dan memerintahkannya untuk mencambuk anak Amru bin Ash.
View this post on Instagram
Pria Mesir itu lalu mencambuk putra Sang Gubernur tanpa seorang pun berani menghentikannya.
“Sudah cukup Amirul Mukminin, saya sudah membalas dengan setimpal,” katanya dengan takzim.
Sekalipun pria Mesir itu telah puas, namun tidak bagi Umar. Ia lalu berkata dengan tegas, “Sekarang pukulkan cemeti itu pada Amru ibn Ash!”
Alangkah terkejutnya pelapor itu, “Wahai Amirul Mukminin aku telah memukul orang yang memukulku. Bukan bapaknya yang memukulku,” elaknya merasa tidak enak.
“Demi Allah, seandainya engkau benar-benar memukul kepala Amru ibn Ash tentu tidak ada seorang pun yang akan mencegahmu sehingga engkau sendiri yang menghentikannya,” kata Umar.
Lalu, berkatalah Umar pada Amru ibn Ash yang dicatat dalam sejarah, “Wahai Amru, sejak kapan engkau memperbudak manusia, sedangkan ibu mereka sendiri melahirkannya dalam keadaan bebas merdeka?”
Begitulah keadilan dalam Islam. Jika ada anak pejabat berbuat kesalahan, bukan hanya pelaku yang menerima hukuman, namun bapaknya pun harus ikut bertanggung jawab.
Karena apa yang dilakukan anaknya akan menginspirasi jutaan anak-anak lain untuk menirunya.[ind]