JURUS di bawah ini dapat kamu lakukan agar tidak kehilangan Ramadan. Ustaz Arafat membagikan 5 jurus mudah agar Ramadan yang baru saja kita tinggalkan tidak berlalu begitu saja.
Pernah punya pengalaman seperti ini? Ketika masih sekolah dulu, guru memberi saya ulangan Fisika dalam waktu satu jam.
Namun baru jalan 30 menit kerjakan ujian, otak sudah buntu tak bisa berpikir lagi meski masih banyak soal yang belum dikerjakan.
Teman-teman satu kelas tampak masih lancar menulis di lembar jawaban mereka seolah akal mereka masih on fire.
Seperti itulah keadaan saya hari ini. Melihat kamu semakin berenergi menutup Ramadan dengan ibadah, saya menjadi patah hati.
Karena fisik saya sudah kelelahan, mental sudah buntu. Semoga hal ini tak terjadi pada kamu!
Maklum karena saya banyak rebahan. Semangat hanya on fire di awal saja, setelah itu rebahan lagi.
Saya menunggu waktu yang tepat untuk meledakkan Ramadan tahun ini dengan ibadah terbaik, tapi waktu yang saya tunggu tak datang juga.
Tahu-tahu sekarang sudah akhir Ramadan. Menyedihkan sekali. Semoga hal ini tak terjadi pada kamu!
Alhamdulillah masih ada sedikit iman tersisa di hati yang mengingatkan bahwa saya tak boleh putus asa. Karena putus asa adalah sifat yang dibenci oleh Allah.
Sehingga saya merenungkan apakah masih ada peperangan kecil yang bisa dimenangkan meski saya tak bisa menjadi pemenang di peperangan besar? Ternyata ada!
Baca Juga: 3 Cara Menjaga Semangat Ibadah setelah Ramadan
5 Jurus Agar Tidak Kehilangan Ramadan
Saya rangkum jurus-jurus mudah agar jangan kehilangan Ramadan sama sekali. Jam masih berdetak, bumi masih berputar. Masih ada kesempatan bagi kaum rebahan seperti saya mempraktikkan jurus MUDAH ini.
1. Jurus Malu (M)
Selama masih ada sifat malu di dalam diri, pertanda masih ada iman. Mungkin kita sering melihat orang lelaki, muslim, sehat, namun tidak berpuasa di siang hari Ramadan.
Bahkan dia menyeruput kopi di pinggir jalan dan merasa tak ada yang salah dilihat orang lain. Inilah contoh jika sifat malu sudah hilang.
Jurus Malu itu penting. Cobalah merasa malu jika ketahuan orang lain bahwa kita sedang menjauh dari jalan Allah.
Kalau memang berat untuk pergi tarawih, jangan justru pergi ke pusat perbelanjaan. Malu dong. Kalau memang sulit untuk membuka Al-Quran, jangan justru buka Tik-Tok terus. Malu!
2. Jurus Ubah (U)
Sekecil apapun paksakan agar perbuatan baik kita ada perubahan. Memang tak bisa mencontoh orang lain yang berubah sangat signifikan selama Ramadan, tapi bukan berarti kita nyaman diam di tempat saja.
Ingat, kita ini mahkluk hidup jadi harus bertumbuh. Kita bukan jenazah yang tak bisa kemana-mana lagi, tak bisa bertumbuh lagi.
Ubah satu kebiasaan kecil saja, itu sudah bagus sekali jika diniatkan mengikuti sunnah Rasulullah. Misalnya saat terdengar adzan, hentikan aktivitas apapun, dengarkan dengan baik dan jawab kalimat-kalimatnya.
Ini saja sudah perubahan yang bagus daripada sebelumnya kita abaikan adzan karena banyak kesibukan.
Mungkin di masa yang akan datang kita bisa berubah memenuhi panggilan adzan dengan shalat berjamaah. Namun untuk masa ini, menjadi pendengar yang baik saja sudah bagus sekali. Yang penting ada yang berubah.
3. Jurus Daripada (D)
Ingat prinsipnya, amalan seringan mungkin lebih baik daripada tidak sama sekali. Maka Jurus Daripada itu cocok untuk orang seperti kita.
Waktu ideal untuk tahajud adalah sepertiga malam terakhir. Tapi kalau tidak sanggup, tak apa-apa 10 menit sebelum Subuh sekadar dua rakaat sunnah saja.
Semisal tak sanggup juga, yang penting mata sudah terbuka, tubuh sudah dalam posisi duduk di atas kasur pada satu atau dua menit sebelum adzan.
Baca doa bangun tidur, baca istighfar, dan mohon perlindungan.Ini pun masih lebih bagus Daripada orang yang bangun tidur setelah adzan Subuh.
Tips ini saya dengar dari seorang ulama Madinah pengarang kitab Al-Washoya.
4. Jurus Akui saja (A)
Iblis di masa dahulu adalah hamba yang alim dan ahli ibadah. Namun ia sombong, tak mau mengakui Nabi Adam. Ia merasa banyak amal dan banyak ilmu, maka celakalah Iblis.
Dalam kondisi di titik terendah seperti ini, manfaatkan untuk terbiasa menjadi pribadi yang mengakui kelemahan diri.
Akui saja di hadapan Allah bahwa kita ini orang yang banyak dosa sedikit amal. Salah satu doa yang sangat berkesan di hati saya adalah doa para ulama yang merayu kepada Allah untuk pengampunan dosa.
Ini bisa diamalkan setiap hari.
“Duhai Allah, seandainya Engkau hanya menyayangi hamba yang taat, lalu kemana kami orang-orang lalai ini mau mengadu?
Bila Engkau hanya menyayangi hamba yang banyak amalnya, lalu ke mana kami orang-orang lengah ini mau berharap?”
5. Jurus Husnuzon (H)
Jurus terakhir adalah berbaiksangka kepada semua kaum muslimin. Husnuzon dan doakan orang-orang muslim. Kita berharap dengan mendoakan mereka maka kita akan masuk dalam rombongan mereka di akhirat nanti.
Bayangkan kaum muslimin seperti jeruk manis dan hanya kita sendiri yang merupakan jeruk asam.
Namun jika jeruk asam ini berada di tengah-tengah keranjang yang berisi jeruk manis, tentu akan terjual juga oleh orang yang membeli buah satu keranjang sekaligus.
Demikianlah caranya agar Allah membeli diri kita dengan surga, yaitu dengan kita berada di tengah-tengah kaum muslimin. Jangan melepaskan diri dari rombongan mereka.
Semoga jurus MUDAH ini membantu bagi kaum rebahan seperti saya. Sedangkan kamu yang masih dalam stamina tertinggi, jangan lupakan saya dalam doa-doa kamu.
Semoga Ramadan ini bisa mengubah saya juga sebagaimana ia bisa mengubah kamu. Amiin.[ind]
Sumber: https://t.me/semangatsubuh