KETIKA kita diserang penyakit, apapun itu, maka berserahlah diri kepada Allah memohon kesembuhan dan kebaikan dari penyakit yang kita derita. Kekuatan doa saat sakit dapat mengantarkan kita menjadi hamba yang mulia karena kita berada dalam kondisi sangat membutuhkan kehadiran Allah.
Beriku doa yang bisa dibaca saat sakit:
Bismillaah (3x). A’uudzu billaahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir (7x).
Artinya: Dengan nama Allah (3x). Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya, dari kejahatan sesuatu yang aku jumpai dan aku khawatirkan (7x).
Dalam doa di atas ada setidaknya 5 kekuatan yang dapat mengantarkan kita pada ridho Allah dan karunianya untuk meraih kesembuhan:
Kekuatan Zikir
Ketika kita menyebut nama Allah dalam doa tersebut artinya kita sedang memohon pertolongan kepada-Nya. Kita meyakini bahwa Allah yang berperan dalam menyembuhkan penyakit.
Segala usaha pengobatan yang kita lakukan bukan berarti harus ditinggalkan, semua itu hanyalah sarana. Namun urasan kesembuhan ada di tangan Allah. Kita sembuh karena Allah yang memberikan kesembuhan.
Meminta pertolongan kepada Allah untuk kesembuhan juga merupakan harapan agar Allah mendatangkan kebaikan yang abadi yaitu kesehatan yang bisa dimaksimalkan untuk amal-amal kebajikan.
Baca Juga: Orang Sakit Selayaknya Bergembira
5 Kekuatan Doa Saat Sakit
Kekuatan Tafwidh
Tafwidh adalah mengakui keterbatasan segala daya, upaya dan kekuatan makhluk serta menyerahkan seluruh urusan kepada Allah semata.
Di antara adab berdoa adalah merendahkan diri serendah mungkin dihadapan Allah. Ini bukan perilaku negatif, namun justru sebagai pengakuan atas keagungan dan kebesaran Allah.
Kekuatan tafwidh dalam doa ini menunjukkan bahwa kita menyerahkan kesembuhan sepenuhnya kepada Allah. Allah yang memiliki kehendak dan karunia atas kesembuhan kita.
Tafwidh juga berarti penyerahan masalah kepada pihak yang paling mampu menyelesaikannya. Kita menyadari sepenuhnya kefakiran kita dan kebutuhan kita atas pertolongan Allah.
Kekuatan Tsiqah
Ini adalah kekuatan rasa percaya kita pada Allah yang sudah pasti memiliki segala kemampuan untuk menyembuhkan penyakit.
Tsiqah sendiri tumbuh karena akal, hati dan jiwa mengakui sepenuhnya kekuasaan dan kehendak mutlak Allah.
Seperti kepercayaan ibu Nabi Musa kepada janji dan perintah Allah tatkala ia harus menghanyutkan bayinya ke sungai.
Bayi Musa benar-benar selamat bahkan tumbuh besar di tempat yang paling membahayakan yaitu kerajaan Fir’aun.
Kekuatan Isti’adzah
Meminta perlindungan kepada Allah merupakan kekuatan isti’adzah. Ini tentunya tidak terlepas dari keyakinan kita atas kekuatan Allah dalam mengatasi segala hal termasuk memberikan kita perlindungan dari keburukan penyakit yang menimpa diri kita.
Ada setidaknya tiga sifat Allah yang kita yakini dan menjadi alasan kita meminta perlindungan kepada-Nya, yaitu:
1. Izzah maknanya bahwa Allah memiliki ketangguhan, kekuatan, dan kekerasan yang mutlak, tak tertandingi oleh siapapun dan tak terkalahkan oleh siapapun.
2. Qudrah maknanya bahwa Allah mampu mengawasi dan mengatur alam semesta tanpa bantuan siapapun.
3. Sulthah bermakna bahwa Allah mampu menguasai dan mengalahkan siapapun. Ia yang memiliki kerajaan, siapapun tunduk kepada-Nya.
Dengan tiga sifat ini menunjukkan kehebatan Allah yang pantas kita mintai perlindungan. Karena dengan berlindung kepada-Nya seperti kita berlindung di dalam benteng yang kokoh dan tinggi yang tak mampu ditembus oleh siapapun.
Kekuatan Tikrar dan witir
Sebagaimana seorang pasien yang konsisten minum obat atas saran dokter, membaca doa juga perlu dilakukan berulang kali karena Allah menyukai hamba-Nya yang mengulang-ulang doa tanpa bosan.
Mengulang-ulang doa tanda hamba begitu yakin, berserah diri dan berharap kepada Allah, tanpa putus asa. Inilah salah satu sebab terkabulnya doa.
Demikianlah doa yang kita panjatkan saat sakit ini mengandung kekuatan yang tidak bisa digantikan oleh apapun.
Doa adalah cara kita untuk meraih pertolongan untuk mendapatkan ridho Allah, sedangkan pengobatan hanyalah sarana yang tetap harus kita tempuh sebagai bentuk menunaikan kewajiban menjaga dan merawat diri.
Disarikan dari buku Zikir Akhir Zaman oleh Abu Fatiah Al-Adnani. [Ln]