ChanelMuslim.com- Meski Ramadan sudah berakhir, kita masih berada di bulan Syawal. Belum terlambat untuk menjalankan enam hari puasa pada bulan ini. Apa faedah melaksanakan puasa syawal?
Dikutip dari buku “Fikih Bulan Syawal, Qadha, dan Fidyah” karya Muhammad Ahmad Tuasikal bahwa ada lima faedah bagi setiap mukmin yang melaksanakan puasa di syawal.
Puasa Syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh
Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu Alaihi wasallam bersabda.
“Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164).
Para ulama mengatakan bahwa berpuasa seperti setahun penuh asalnya karena setiap kebaikan semisal dengan sepuluh kebaikan.
Bulan Ramadan (puasa sebulan penuh) sama dengan (berpuasa) selama sepuluh bulan (30 x 10 = 300 hari = 10 bulan) dan puasa enam hari di bulan Syawal sama dengan (berpuasa) selama dua bulan (6 x 10 = 60 hari = 2 bulan). (Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8:56).
Jadi seolah-olah jika seseorang melaksanakan puasa Syawal dan sebelumnya berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, maka dia seperti melaksanakan puasa setahun penuh.
Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Barang siapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].
” (HR. Ibnu Majah no. 1715, dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8:56).
Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan semisal dan inilah balasan kebaikan yang paling minimal. (Lihat Fath Al-Qadir, 3:6 dan Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hlm. 282). Inilah nikmat yang luar biasa yang Allah berikan pada umat Islam.
Baca Juga : Risalah Puasa Syawal dalam Kitab Bulughul Maram
Puasa Syawal seperti halnya shalat sunnah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib
Yang dimaksudkan di sini bahwa puasa Syawal akan me-nyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada puasa wajib di bulan Ramadan sebagaimana shalat sunnah rawatib yang menyempurnakan ibadah wajib.
Amalan sunnah seperti puasa Syawal nantinya akan menyempurnakan puasa Ramadan yang seringkali ada kekurangan di sana-sini.
Inilah yang dialami setiap orang dalam puasa Ramadan, pasti ada kekurangan yang mesti disempurnakan dengan amalan sunnah. Lihat Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 387-388.
Melakukan puasa Syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadan
Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amalan seorang hamba, maka Dia akan menunjuki pada amalan saleh selanjutnya.
Jika Allah menerima amalan puasa Ramadan, maka Allah akan tunjuki untuk melakukan amalan saleh lainnya, di antaranya puasa enam hari di bulan Syawal. Lihat Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 388.
Renungkanlah! Bagaimana lagi jika seseorang hanya rajin shalat di bulan Ramadan (rajin shalat musiman), tetapi setelah Ramadan shalat lima waktu begitu dilalaikan?
Pantaskah amalan orang tersebut di bulan Ramadan diterima?! Al-Lajnah Ad-Da’imah Li Al-Buhuts Al-’Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (Komisi Fatwa Saudi Arabia) mengatakan, “Adapun orang yang melakukan puasa Ramadan dan mengerjakan shalat hanya di bulan Ramadhan saja, maka orang seperti ini berarti telah melecehkan agama Allah. (Sebagian salaf mengatakan),
“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah) hanya pada bulan Ramadhan saja.” Oleh karena itu, tidak sah puasa seseorang yang tidak melaksanakan shalat di luar bulan Ramadan.
Bahkan orang seperti ini (yang meninggalkan shalat) dinilai kafir dan telah melakukan kufur akbar, walaupun orang ini tidak menentang kewajiban shalat. Orang seperti ini tetap dianggap kafir menurut pendapat ulama yang paling kuat.” Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-‘Ilmiyyah wa Al-Ifta’, pertanyaan ke-3, Fatawa no. 102, 10:139-141.
Baca Juga : Mengucapkan Selamat Hari Raya Sebelum 1 Syawal
Melaksanakan puasa Syawal adalah sebagai bentuk syukur pada Allah
Nikmat apakah yang disyukuri? Yaitu nikmat ampunan dosa yang begitu banyak di bulan Ramadan. Bukankah kita telah ketahui bahwa melalui amalan puasa dan shalat malam selama sebulan penuh adalah sebab datangnya ampunan Allah, begitu pula dengan amalan menghidupkan malam lailatul qadr di akhir-akhir bulan Ramadan?!
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Tidak ada nikmat yang lebih besar dari anugerah pengampunan dosa dari Allah.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 388).
Sampai-sampai Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pun yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan akan datang banyak melakukan shalat malam.
Ini semua beliau lakukan dalam rangka bersyukur atas nikmat pengampunan dosa yang Allah berikan. ‘Aisyah mengatakan, “Kenapa engkau melakukan seperti ini wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan akan datang?”.
Beliau lantas mengatakan, “(Pantaskah aku meninggalkan tahajudku?) Jika aku mening-galkannya, maka aku bukanlah hamba yang bersyukur.” (HR. Amalan yang KontinuTafsir Jalalain Surah Al-Fatihah11Bukhari, no. 4837).
Begitu pula di antara bentuk syukur karena banyaknya ampunan di bulan Ramadan, di penghujung Ramadan (di hari Idulfitri), kita dianjurkan untuk banyak berdzikir dengan mengagungkan Allah melalu bacaan takbir ”Allahu Akbar”. Ini juga di antara bentuk syukur sebagaimana Allah Ta’ala berfirman.
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu bertakwa pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185).
Begitu pula para salaf seringkali melakukan puasa di siang hari setelah di waktu malam mereka diberi taufik oleh Allah untuk melaksanakan shalat tahajud.
Inilah bentuk syukur mereka.Ingatlah bahwa rasa syukur haruslah diwujudkan setiap saat dan bukan hanya sekali saja ketika mendapatkan nikmat.
Melaksanakan puasa syawal menandakan bahwa ibadahnya kontinu dan bukan musiman saja
Amalan yang seseorang lakukan di bulan Ramadan tidaklah berhenti setelah Ramadan itu berakhir. Amalan tersebut seharusnya berlangsung terus selama seorang hamba masih menarik nafas kehidupan.
Amalan yang KontinuTafsir Jalalain Surah Al-Fatihah13Sebagian manusia begitu bergembira dengan berakhirnya bulan Ramadan karena mereka merasa berat ketika ber-puasa dan merasa bosan ketika menjalaninya.
Siapa yang memiliki perasaan semacam ini, maka dia terlihat tidak akan bersegera melaksanakan puasa lagi setelah Ramadan karena kepenatan yang ia alami.
Jadi, apabila seseorang segera melaksanakan puasa setelah hari ’ied, maka itu merupakan tanda bahwa ia begitu semangat untuk melaksanakan puasa, tidak merasa berat dan tidak ada rasa benci.
Ada sebagian orang yang hanya rajin ibadah dan shalat malam di bulan Ramadan saja, lantas dikatakan kepada mereka,
“Sejelek-jelek orang adalah yang hanya rajin ibadah di bulan Ramadan saja. Sesungguhnya orang yang saleh adalah orang yang rajin ibadah dan shalat malam sepanjang tahun”. Jadi, ibadah bukanlah hanya di bulan Ramadan, Rajab, atau Syakban saja.Asy-Syibliy pernah ditanya, ”Bulan manakah yang lebih utama, Rajab, ataukah Syakban?” Beliau pun menjawab, “Jadilah rabbaniyyin dan janganlah menjadi Syakbaniyyin.” Maksudnya adalah jadilah hamba rabbaniy yang rajin iba-dah di setiap bulan sepanjang tahun dan bukan hanya di bulan Syakban saja. Kami (penulis) juga dapat mengatakan, “Jadilah rabbaniyyin dan janganlah menjadi Ramadhaniyyin.” (Lihat Lathaif Al-Ma’arif, 390).
Maksud beribadah secara kontinu
Maksudnya, beribadahlah secara kontinu (ajeg) sepanjang tahun dan jangan hanya di bulan Ramadhan saja. Semoga Allah memberi taufik.
‘Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah mengenai amalan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, “Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab
Beliau tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (ajeg).” (HR. Bukhari, no. 1987 dan Muslim, no. 783).
Amalan seorang mukmin barulah berakhir ketika ajal menjemput. Al Hasan Al Bashri mengatakan,
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menjadikan ajal (waktu akhir) untuk amalan seorang mukmin selain kematian. Lalu Al-Hasan membaca Firman Allah.
Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin(yakni ajal).” (QS. Al-Hijr: 99). (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 392). Ibnu ’Abbas, Mujahid, dan mayoritas ulama mengatakan bah-wa ”al-yaqin” adalah kematian.
Dinamakan demikian karena kematian itu sesuatu yang diyakini pasti terjadi. Az-Zujaaj mengatakan bahwa makna ayat ini adalah sembahlah Allah selamanya.
Ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa makna ayat tersebut adalah perintah untuk beribadah kepada Allah setiap saat, sepanjang hidup. (Zaad Al-Masiir, 4:423).
Perhatikanlah perkataan Ibnu Rajab berikut, “Barang siapa melakukan dan menyelesaikan suatu ketaaatan, maka di antara tanda diterimanya amalan tersebut adalah dimu-dahkan untuk melakukan amalan ketaatan lainnya.
Dan di antara tanda tertolaknya suatu amalan adalah melakukan kemaksiatan setelah melakukan amalan ketaatan.
Jika sese-orang melakukan ketaatan setelah sebelumnya melakukan kejelekan, maka kebaikan ini akan menghapuskan kejelekan tersebut.
Yang sangat bagus adalah mengikutkan ketaatan setelah melakukan ketaatan sebelumnya. Sedangkan yang paling jelek adalah melakukan kejelekan setelah sebelumnya melakukan amalan ketaatan.
Ingatlah bahwa satu dosa yang dilakukan setelah bertaubat lebih jelek dari 70 dosa yang dilakukan sebelum bertaubat.
Mintalah pada Allah agar diteguhkan dalam ketaatan hingga kematian menjemput. Dan mintalah perlindungan pada Allah dari hati yang ter-ombang-ambing.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 393).
Sahabat Muslim itulah beberapa faedah untuk kita yang melaksanakan puasa syawal. Semoga bermanfaat.[Ind/Wld].