ADA tiga amalan yang paling berat dilakukan oleh seorang mukmin dari dahulu hingga sebagaimana diungkapkan oleh Al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’iy rahimahullah,
أشد الأعمال ثلاثة: الجود من قلة، والورع في خلوة، وكلمة الحق عند من يرجى ويخاف
“Amal yang paling berat ada tiga: bersikap dermawan ketika kekurangan, bersikap wara’ ketika sendirian, dan berbicara yang benar di hadapan seseorang yang diharapkan dan ditakuti.”
(Al-Muntazham, jilid 10 halaman 137)
Terkait ungkapan di atas Ustadz Faisal Kunhi M.A memberikan penjelasan sebagai berikut:
1. Bersedekah ketika kaya itu biasa tetapi bersedekah saat sempit itu luar biasa dan itulah ciri insan bertaqwa.
Hal ini senada dengan apa yang Allah firmankan:
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS. Ali Imran: 134)
Kemudian Allah menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang bertakwa dan perbuatan-perbuatan mereka seraya berfirman,
”Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, ”yaitu, pada saat kondisi mereka sedang sulit atau kondisi mereka sedang lapang. Bila mereka sedang lapang, maka mereka akan memperbanyak infak, dan bila mereka sedang kesulitan, maka mereka tidak menganggap remah suatu kebaikan walau hanya sedikit saja.” (Tafsir Assa’di)
Baca Juga: Amalan yang Paling Mendekatkan Diri Kepada Allah
3 Amalan yang Paling Berat Dilakukan oleh Seorang Mukmin
2. Bersedekah itu soal mental, bukan soal kaya atau miskin, karenanya bangsa Arab yang paling dermawan itu bangsa Sudan, karena begitu dermawannya mereka membuat kantong baju di bagian belakang agar mereka yang butuh bisa langsung mengambilnya, dan bangsa non Arab yang paling dermawan adalah bangsa Afganistan, keduanya bukan negara yang makmur.
3. Apa itu wara’? Ibrahim bin Adham berkata,
الورع ترك كل شبهة وترك ما لا يعنيك هو ترك الفضلات
“Wara’ adalah meninggalkan setiap perkara syubhat (yang masih samar), termasuk pula meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untukmu, yang dimaksud adalah meninggalkan perkara mubah yang berlebihan.”
4. Belum disebut shalih yang sebenarnya ketika di hadapan orang lain, shalih itu ketika berada di tempat sendiri atau di tempat yang asing ketika itu tidak ada yang melihatnya.
Sahl At Tursturiy berkata: “Seseorang tidaklah dapat mencapai hakikat iman hingga ia memiliki empat sifat:
(1) menunaikan amalan wajib dengan disempurnakan amalan sunnah,
(2) makan makanan halal dengan sifat wara’,
(3) menjauhi larangan secara lahir dan batin,
(4) sabar dalam hal-hal tadi hingga maut menjemput.”
5. Tidak aneh ketika seseorang sanggup berkata benar kepada bawahannya, tetapi ketika ia sanggup berkata benar kepada atasannya atau orang yang disegani atau ditakutinya, itulah keberanian yang sejati.
Itulah yang dilakukan oleh Musa dan Harun kepada Firaun.
Ulama berkata:
” قل الحق ولو كان مرا
“Katakanlah yang benar walau pahit.”
Sahabat Muslim, mari kita berusaha melawan keberatan kita dalam beramal shalih dengan selalu mengingat keridhoan Allah yang akan kita dapat darinya. [Ln]