Chanelmuslim.com – “Tolong ya bu, anak saya diajarin sholat yang benar, kalau di rumah susah sekali dia kalo disuruh sholat, biasanya kalo dengan gurunya dia mau,” bu Ina memohon dengan wajah memelas kepada guru ngaji di TPA Raudathusurur yang mana ustad Ihsan sudah hampir setahun mengajar anak-anak di daerah perkampungan disekitar daerah itu. Upaya apapun akan dilakukan oleh bu Ina dalam mendidik anaknya, mulai dari memasukkan anaknya ke sekolah yang terbaik, sampai mencarikan guru tambahan buatan anaknya, pokoknya apa saja diperjuangkan untuk anaknya. Beruntung suami bu Ina kerja di sebuah perusahaan yang cukup mapan sehingga soal keuangan bagi keduanya tidak masalah, tinggal titip saja pada siapa saja yang dianggap mampu menjadikan anaknya lebih baik.
Keuntungan dengan menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik adalah kelasnya kecil dan pulangnya sampai petang sehingga ibu Ina mempunyai banyak sekali waktu untuk dirinya sendiri dan suaminya memang tidak mengizinkannya untuk bekerja. Suaminya ingin bu Ina hanya mengurus rumah tangga saja.
Bu Ina pun aktif sekali bertanya kepada kawan-kawannya dimana tempat les matematika yang terbaik, tempat les bahasa Inggris yang terbaik juga aktif bertanya pada sang guru, apakah anaknya mempunyai banyak kekurangan. Bukan hanya itu bu Ina bahkan juga meminta ekstra PR kepada guru anaknya karena yang penting bagi bu Ina adalah anaknya harus berhasil dan berprestasi dalam bidang apapun. Ada rasa bangga bila anak-anak berlaku sopan atau pintar ini itu karena pasti bu Ina akan mendapat pujian sebagai ibu rumah tangga yang berhasil mendidik anak. Dan bagi bu Ina, anak merupakan aset untuk menunjukan kepada sanak saudara bahwa keberhasilan dirinya dan suaminya dalam mendidik anak adalah merupakan kecerdasan dan kepiawaiannya sebagai orang tua yaitu orangtua yang hebat. Pada intinya, bu Ina ingin dipuji dan dipandang sebagai orang tua yang hebat.
Waktu pulang sekolah petang hari adalah waktu yang spesial. Dalam keadaan yang sama-sama lelah dimana sang ibu lelah mengurus rumah tangga dan kadang mengurus pekerjaannya, sang anak yang juga lelah mengurus dirinya dan pelajarannya di sekolah, maka waktu dipetang hari, menjadi waktu yang menyenangkan sekaligus menegangkan. Yaa, menyenangkan karena pertemuan keduanya berlangsung, hangat, namun menjadi tegang dikarenakan sang ibu selalu menuntut anaknya berprestasi ini itu, sementara anaknya sudah merasa terlalu lelah sehingga berpikir bahwa ibu tidak mau memahaminya, hanya memaksakan kehendak belajar ini itu dan berprestasi ini itu.
Bu Ina marah, merasa anaknya banyak membantah dan malas, juga menolak keinginannya, toh ini semua untuk kebaikan masa depannya. Rasanya bu Ina akan selalu merasa tidak puas dan menuntut anak menjadi lebih dan lebih, dan sibuk lagi memikirkan anak-anaknya akan dileskan apa dan apa.
Ibu, sampai kapan akan berhenti untuk menuntut anak menjadi lebih baik. Dengan alasan bahwa ibu ingin anaknya berprestasi dan ingin masa depan anaknya lebih baik dari dirinya sendiri, sehingga yang ada hanyalah ambisi dalam mengejar prestasi, ambisi untuk dipandang oleh kolega dan kawan-kawan bahwa anaknya baik, bagus dan berprestasi sementara ibu tidak menjaga dan mendidik anaknya juga tidak memotivasi anak-anaknya. Yang ibu lakukan hanya menyuruh dan me ”ngandangkan“ anaknya di tempat tepat yang dirasa bagus untuk mendidik anaknya agar menjadi manusia yang lebih baik dan lebih berprestasi. Untuk masa depan si anak itu sendiri atau untuk kepuasan ambisi sang ibu? Wallahu’alam. Ada baiknya ibu introspeksi diri, untuk kebaikan anaknya kah atau karena ibu senang dipuji?
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar (QS: At Taghabun: 15)