TINGGAL di Perth itu yaa .. so so deh.
Semua musti dikerjakan sendiri, dari sejak bangun tidur hingga tidur lagi.
Setir mobil sendiri, isi petrol sendiri, belanja, bawa barang, masukin barang ke bagasi, naruh semua barang pada tempatnya. Vacuum cleaner, wahh semuanya deh.
Makanya anak-anak saya pada enggak mau tuh baju dan pakaian dalam dicuciin sama khadimah di Jakarta. Apalagi yang perempuan, walau hujan, ada saja akalnya untuk jemur baju dalam kamar.
Pernah sepekan hujan badai, saya sudah stress mikirin baju seragam anak anak. Tapi mereka (anak-anak boys) punya akal. Jadi pakai kaus dalam lalu dikasih bedak baby, semalaman
digantung besoknya dipakai lagi.
Di sini enggak bisa ngandelin orang lain, juga enggak bisa menunda-nunda kerjaan, kondisi yang ada membuat kita jadi pinter me-manage apapun.
Seperti kebutuhan sepekan harus dipikirkan karena kalau malam khan toko tutup semua jadi kita musti beli apa yang diperlukan dengan cepat.
Baca juga: Aa Gym Menginap di Rumah Perth dengan 10 Saudaranya
Tinggal di Perth Itu
Yang saya salut juga adalah kemandirian dan kebersihan semua orang. Jadi negara ini diurus semua orang. Dan semua peduli. Jadi enggak ada sampah di mana-mana. Semua orang membuang sampahnya sendiri, bahkan saya sendiri punya kebiasaan bawa kantung plastik kecil dalam tas.
Soal makan siang di sekolah, anak-anak pre order .. jadi pesan sepekan sebelum. Misal roti pizza, atau spaghety, jadi dibuatkan oleh ibu kantin dengan ada nama masing-masing. Semua prepare well. Tidak ada makan siang gratis. Semua harus bayar atau bawa makan siang dari rumah.
Tukang jajanan juga enggak ada di depan sekolah. Semua halaman sekolah bersih ..
Demikian sekilas cerita kehidupan kami di Perth.