TAK cukupkah kau kenal diriku? “Dia sakit hati dengan kamu, kasihan dia..”~ demikian SMS yang datang beberapa waktu lalu.
Sementara waktu, karena lagi sibuk dan banyak pikiran, aku tangguhkan dulu SMS tersebut dan ketika malam hari mulai berfikir.
“Kenapa ya? Apa sebabnya?”
Dan ketika aku tanya lagi kepada kawan yang mengirimkan SMS itu, jawabnya adalah “Nanti kita bicarakan bila kita berjumpa.”
Kadang orang mendengar suatu berita dan kemudian langsung ambil sikap dan kalau tak berhati-hati jadi ikutan menuduh.
Baiknya, tidak usah menjadi pihak ketiga, dan saranku tidak usah juga curhat-curhatan.
Tentu saja, orang itu benar karena dia cerita dengan versinya dan aku juga benar karena aku cerita dengan versiku.
Kalau ada hal yang mengganjal, kenapa harus curhat kepada orang lain?
Kenapa enggak diselesaikan antara kita saja? Agar lebih jelas maunya apa dan solusinya apa.
Baiknya, pihak yang menerima curhatan juga bisa bersikap bijak mencoba ber-tabayyun dahulu.
Mungkin sikap orang yang dicurhatin sangat mendukung untuk dicurigai atau dituduh tapi selama kita enggak ada dan enggak lihat dalam situasi itu, baiknya tidak ikut buruk sangka.
Baca Juga: Hati-hati ya Bun, Pahala Berpindah kalau Ghibah
Tak Cukupkah Kau Kenal Diriku
Dulu pernah ada kasus, sang suami seorang ustaz solih yang aktif berdakwah lalu tetangganya menggosipkan ketika beliau menikah lagi.
Akhirnya, anak sulungnya membela sang ayah dan mengatakan “Mamaku di kampung sudah meninggal, kalau ayah kawin lagi salahnya di mana?”…
Case-nya enggak nyambung yaah ..
Sikap terlalu cepat percaya pada sebuah berita. Kalau mau jadi tempat curhat, kurasa harus menjadi dan memiliki hati yang adil, kalau tidak, maka kita menjadi orang yang ikut menzalimi orang lain..
Apalagi, bila pihak kedua tidak ada kesempatan untuk menjelaskan masalah yang sebenarnya.
Curhat ah, aku dah lama tuh enggak mau jadi tempat curhat – takut terlalu jauh menilai orang lain dan khawatir salah faham juga dalam bersikap.
Setiap orang yang lagi sakit hati pasti bercerita dengan versinya sendiri yang nampaknya selalunya membenarkan kondisi dia dan menyalahkan orang lain.
Atau … jadilah tempat curhat yang mampu bersikap adil.. ~
Tatsabbut sangat dibutuhkan di zaman yang penuh fitnah ini, Allah telah memerintahkan kita untuk tatsabbut.
Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang kepada kalian orang fasiq dengan membawa berita, maka periksalah dahulu dengan teliti, agar kalian tidak menuduh suatu kaum dengan kebodohan, lalu kalian menyesal akibat perbuatan yang telah kalian lakukan.” (QS. Al Hujurat: 6).
~ yang kalian tuduhkan …
Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Yang dimaksud dengan tabayyun adalah memeriksa dengan teliti dan yang dimaksud dengan tatsabbut adalah berhati-hati dan tidak tergesa-gesa, melihat dengan keilmuan yang dalam terhadap sebuah peristiwa dan kabar yang datang, sampai menjadi jelas dan terang baginya.” (Fathul Qadir, 5: 65).
Ia adalah konsekeensi sikap Al Anah yang disebutkan dalam hadis: “Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai oleh Allah yaitu Al Hilmu dan Al Anah.” (HR Muslim).
Al Anah adalah tenang dalam menghadapi gejolak dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap, dan tatsabbut kita lakukan dalam berbagai macam kabar yang sampai kepada kita.
Wallahu ‘alam, aku bukan ustazah tapi aku lagi pingin nulis kayak gini aja .. ~ sesuai dengan kondisi hatiku saat ini.
#Tak cukupkah kau mengenal diriku..? Burst in tears.[]
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D.
(Founder JISc, JIBBS, JIGSC)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: