ChanelMuslim.com – Waktu masih miskin, dijemput suami naik motor lalu hujan-hujan berpelukan. Menepi di bawah jembatan dan dilindungi dengan jaketnya.
Katanya, “Kamu pakai jaketku.”
Kataku, “Tidak usah. Aku kuat kok. Kamu saja.”
Namun akhirnya dia bersikeras dan aku pun nyaman dalam jaketnya sampai hujan reda.
Ketika sudah kaya, pulang dari mana-mana yang jemput supir. Tinggal sms saja. Lalu sang supir tiba pas depan pintu dengan berbagai perlengkapan dan makanan.
Lalu suami hanya wa ‘Maaf ya, aku nggak jemput. Kita ketemu di rumah.’
Sampai di rumah, dia pun sudah lelap tertidur, dan aku pun nggak tega membangunkannya.
Waktu masih miskin, satu telur bagi dua didadar campur indomie dengan irisan bawang. Rasanya sedap dan cukup. Ada tukang sate lewat, pesan satu porsi isi 10, dia 6 tusuk aku sisanya.
Waktu sudah kaya, satu orang satu piring sop buntut. Minumanku juice jeruk, minumannya es kelapa, masing-masing memlilih pesanannya dan tekun dengan pilihannya.
Waktu masih miskin, rumah mati lampu pakai lilin dan lampu semprong. Wajahnya cemong kena jelaga. Aku sibuk mendiamkan anak-anak dan menepuk nyamuk. Kita saling mendukung.
Waktu sudah kaya, lampu mati tinggal telepon satpam minta menyalakan genset dan masing-masing kembali sibuk dengan gadgetnya.
“Tidak semua yang miskin itu tidak menyenangkan. Tidak juga ketika kaya sudah pasti bahagia.”
Jangan minta kaya karena belum tentu kaya itu membuat hidup kita lebih bahagia.
Mintalah barakah agar miskin atau kaya yang ada hanyalah bahagia bukan derita. Setiap masa ada ceritanya masing-masing.
“Kaya (yang sebenarnya) bukan dengan banyaknya harta, tapi kaya yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Muttafaq Alaih)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jakartaislamicschoolcom
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: