ChanelMuslim.com – Yakini, Ada Allah Bersama Kita
Bayangkan tiba-tiba diri kita batuk, flu, dan demam. Penyakit ini sebenarnya tergolong biasa saja untuk situasi normal. Mungkin karena alergi, masuk angin, kurang istirahat, atau tertular orang lain. Tapi karena situasinya pandemi, indikasi ini menjadi menyeramkan.
Hampir satu tahun ini bangsa Indonesia dan umat manusia terkungkung dalam bayang-bayang Covid. Penyakit ini kian dirasa unik. Dampaknya menjadi sangat berbahaya untuk sebagian orang. Tapi, sebagian besarnya lagi tidak berpengaruh sama sekali. Tanpa gejala, dan tanpa ada perasaan sakit sedikit pun.
Baca Juga: Pada saat Sulit, Tetap Yakinlah Allah Pemberi Rezeki
Yakini, Ada Allah Bersama Kita
Sekarang, potretnya dimasukkan dalam diri kita. Tiba-tiba, tenggorokan gatal, batuk, flu, bahkan demam. Saat itulah bayangan menyeramkan Covid menghantui diri kita.
“Waduh, nyawaku sebentar lagi melayang. Jangan-jangan keluargaku sudah tertular. Gimana soal biayanya,” dan seterusnya.
Belitan was-was ini terus menguat. Terbayang juga bagaimana reaksi tetangga, teman kerja, rekan bisnis, dan seterusnya. Seolah, dunia tampak kian suram. Tak ada lagi harapan.
Jika perasaan ini yang kita rasakan, maka obat apa pun rasanya sulit bisa menyembuhkan. Penyakit utamanya boleh jadi bukan Covid. Tapi, lemahnya mental kita sendiri.
Di sinilah ada satu hal yang sebenarnya sudah kita lupakan. Dan hal ini justru yang paling fundamental dalam diri kita. Yaitu, keimanan.
Iman mengajarkan kita bahwa semua yang kita alami adalah keputusan Allah subhanahu wata’ala. Dan yakinkan bahwa takdir Allah harus disikapi dengan penuh ridha: menerima dengan sepenuh hati.
Generasi sahabat dan salaf menyikapi bencana bukan dengan sekadar sabar. Justru, mereka bersyukur. Mereka ucapkan alhamdulillah. Karena dengan bencana itu, Allah menghapus dosa-dosa hamba-Nya yang ridha. Sebagaimana, kita mengharapkan agar Allah ridha dengan sedikitnya amal kita.
Generasi mulia tersebut meyakini bahwa inilah peluang bisa memperoleh pahala besar untuk menutupi kekurangan amal selama ini. Maha benar Allah dalam firmanNya, Innamaa yuwaffas shoobiruuna ajrohum bighairi hisaab. Hanyalah dengan pahala sabar Allah mencukupkan pahala dengan tanpa batas.
Mukmin mana yang tidak mau pahalanya dilimpahkan tanpa batas. Karena amal kita terasa begitu sedikit untuk dibandingkan dengan surga yang penuh kenikmatan.
Inilah peluang untuk bisa meraih pahala tanpa batas. Di situlah, kenapa para generasi mulia itu justru sangat bersyukur ketika Allah timpakan bencana kepada mereka.
Namun, hal itu tidak berarti menghilangkan ikhtiar. Karena ikhtiar merupakan perintah Allah yang menjadi kewajiban kita. Dan ikhtiar merupakan jatah pahala tersendiri di luar sabar dan ridha yang diungkapkan seorang mukmin.
Di sinilah perbedaan utama keadaan orang beriman dengan yang tidak saat mengalami bencana. Termasuk wabah pandemi saat ini. Jadi, bukan prokes atau protokol kesehatan saja yang kita perhatikan. Prokei juga tidak boleh diabaikan, yaitu protokol keimanan.
Sakit dan mati adalah dua hal yang berbeda. Tidak ada hubungan sama sekali. Sakit adalah urusan kesehatan. Sementara mati merupakan ajal yang sudah ditentukan. Tanpa sakit pun orang banyak menemui kematian.
Satu lagi protokol keimanan mengajarkan, jangan takut dengan mati. Karena hakikat mati adalah perjumpaan kita dengan Allah subhanahu wata’ala. Kalau kita mencintai Allah, kenapa tidak mau melakukan perjumpaan.
Bukankah semua kesibukan dalam hidup ini sebagai kerja keras kita untuk memperoleh bekal mati. Cepat atau lambat, kematian akan menjumpai siapa pun. Termasuk kita. Tidak ada hubungannya dengan sakit. Tidak ada hubungannya dengan usia. Kalau sudah ajal, mati mendatangi siapa pun di antara kita.
Rahasia dari keyakinan ini, selain akan menenangkan jiwa, juga akan menguatkan imun kita. Yang terus kita lantunkan doa adalah Ya Allah, matikan kami dalam akhir yang baik. Dalam keadaan ridha dengan semua keputusanMu.
Saat itulah, kita akan menjadi orang paling bahagia saat menjumpai malaikat kematian. Karena kian kuat terbayang bisa bertemu dengan Dzat yang paling kita cintai dari semua yang kita cintai dalam hidup ini. Yaitu, Allah subhanahu wata’ala.
Jadi, ketika batuk, flu, demam hinggap dalam tubuh kita, jangan pernah membayangkan yang macam-macam. Apalagi ketakutan yang tidak pantas sebagai seorang mukmin. Obati saja seperti biasa. Insya Allah sakitnya akan sembuh. (Mh)