SECANGKIR teh buatan bidadari. Dulu, sewaktu Riri masih muda dan masih kuliah, ia berkunjung ke rumah dosenku yang terkenal killer.
Susah sekali mendapatkan nilai bagus darinya. Untuk nyontek pekerjaan kawan juga tidak mungkin walau peluang untuk itu ada.
Terlebih, kini Riri pun sudah menggunakan jilbab dan juga sudah mengikuti pengajian. Jadi tak mungkin rasanya bila menyontek untuk mata kuliah Akuntansi Dasar II.
“Lagi lagi tidak balance nih,” gumam Riri pasrah. Sudah tiga jam Riri berkutat dengan soal akuntansi yang tidak juga balance alias kanan kiri tidak sama.
Antara pendapatan dengan pengeluaran tidak sama dan karena sudah terlalu mumet, Riri semakin pasrah dan yakin untuk semua soal persamaan dasar akuntansi, sampai kiamat pun pasti enggak akan pernah balance.
“Sudahlah, aku memang bebal,” rutuk Riri memarahi dirinya.
Sebelum tombol TV beraksi di tangan kirinya, bunyi handphone membangunkannya.
Suara lincah Tania, kawan sekelasnya di jurusan Akuntansi membuatnya terlonjak ketika mendengar bahwa sang dosen killer bersedia mengajarkan mereka sampai paham, di rumahnya bukan di kampus.
Bayangan uang semesteran yang semakin tinggi pada tahun depan membuat Riri memaksakan dirinya untuk bangkit dan bergegas menggabungkan diri dengan rekan-rekan sekelasnya yang total semua berjumlah tujuh orang.
Semuanya perempuan, dan semuanya sama dengan dirinya, selalu tidak balance bila menghadapi soal akuntansi.
baca juga: Mahar Bidadari
Secangkir Teh Buatan Bidadari
Dosen killer-nya bernama Hana, mereka memanggilnya Bu Hana, dalam hati disingkat menjadi Hari Na karena ketika ketemu Bu Hana selalu menjadi hari yang tidak menyenangkan.
Apalagi bila soal yang akan diselesaikannya menemui jalan buntu. Riri sepakat bila hari ini tidak mendapatkan ilmu atau mengerti ilmu dari dosennya yang ajaib itu, maka Riri akan keluar dari jurusan Akuntansi.
Pertemuan berlangsung hangat, ternyata Bu Hana seorang perempuan yang berbeda sekali dari apa yang mereka pikirkan.
Beliau begitu lembut dan perhatian, diajarkan dengan teliti. Bila ada kesalahan pun diajarkan lagi dari awal sehingga mahasiswinya semakin paham.
Di tengah keasyikan mahasiswi-mahasiswinya dalam mengerjakan soal, Bu Hana berkali bolak-balik masuk ke dalam rumah.
Sesekali terdengar denting bunyi piring dan bau masakan tercium dari dalam rumah.
Dengan GR (Gede Rasa), Riri dan kawan-kawannya ber-husnuzhon Bu Hana sedang menyiapkan makanan malam untuk mereka. Dugaannya tidak meleset.
Di tengah kesibukannya menyiapkan makanan untuk tetamu, Bu Hana masih menyiapkan teh manis yang dibuatnya dengan gula khusus dan dari air panas yang dijerang langsung di kompor untuk suaminya.
Sungguh Riri melihat ada satu hal yang mengagumkan dari Bu Hana. Di tengah kesibukannya, beliau masih mau membuat teh manis untuk suaminya dengan poci tradisional yang semakin menambah keharuman teh tersebut.
Seakan mengerti apa yang ada dalam pikirin Riri, Bu Hana memberi penjelasan sambil menuang sup ke dalam piringnya sendiri.
Semua mahasiswinya kelelahan mengerjakan soal dan ditambah lagi dengan aktivitas menghabiskan makanan di meja makan Bu Hana.
Kata Bu Hana, “Kita sebagai istri, sehebat apapun, sepandai dan sesibuk apapun, kebutuhan suami tetap nomor satu. Memang tampaknya hanya teh manis saja. Suami saya pun bisa membuatnya sendiri dengan dispenser yang ada dan diaduknya sendiri, namun saya yakin, bila saya tidak menyediakan teh manis buat suami, maka bidadari surga akan berebut membuatkan teh untuknya. Ketika di akhirat nanti, saya akan termangu mendapati saya disisihkan oleh suami saya, karena saya menyisihkan keperluannya.”
Sungguh, bagi Riri pelajaran hari itu sangat dahsyat. Selain persamaan dasar akuntansi menjadi mudah, ada lagi pelajaran yang lebih hebat tentang bakti istri pada suami lewat secangkir teh di senja hari. ALLAHU AKBAR!
Bu Hana, dengan sekejap menjadi berubah di mata mereka. Riri mengubah singkatan nama Bu Hana dari Hari Naas menjadi Hari yang berNas (bermutu). Semua kawannya mengaminkan.
Sungguh secangkir teh yang mengesankan, yang dibuat dengan tulus dan penuh cinta.
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: