Ya sudah, aku pesan lontong isi daging dan sayur saja serta kue coklat isi vla. Yang penting anak-anak happy. Terbukti ketika sudah selesai mereka bilang, “Keren kayak seleb, wahh actingnya mantap.”
Padahal anak-anak SD lho. Huuu… aku dinilai anak SD. Lalu pagi itu di mesjid setelah semua anak duduk dengan senyum manis dan gigi rapat.
Baca juga: Usia Beda, Visi Sama, Tetap Menolong Agama Allah
“Anak Nabi Nuh, masuk kapal yuk!” panggil anak-anak melalui mesjid dan pakai microphone. Dan kemudian mereka tertawa-tawa bahagia.
“Jangan lupa pinjam payung di bawah mesjid ya….”
“Iyaa, takutnya masih banjir. Hihihi.”
Lucu sekali. Menjiwai sekali. Dan, ternyata…. Bercerita adalah seni. Dan menghayati sehingga audience merasakan apa yang pelaku rasakan. Dan merasa seakan-akan ada di situ.
Ada dalam kapal Nabi Nuh yang dibuat 100 tahun lamanya, dan beliau dituduh gila. Bahkan anaknya nggak mau masuk, berkeras untuk tinggal di balik bukit.
Anak-anak diam terpekur. Dan ketika sedih, anak-anak pun berkaca-kaca. Ketika marah mereka berdiri ikutan marah.
Emosi diacak-acak sampai anak-anak ingat setiap helai kata yang diucapkan. Mudah-mudahan dengan demikian, mereka akan ingat hikmah dari cerita Nabi.
Allah berfirman, “Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Ankabut: 14)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: