KETIKA aku lupa untuk tidak riya. Hari ini saya bingung karena saya kok baca bab mengenai riya di mana-mana, di whatsapp, di Facebook, yaa cukup banyak.
Dan semua dari orang yang saya kenal, saya jadi berpikir dan introspeksi diri. Apakah selama ini saya ‘riya’ sehingga teman-teman saya ingin negur saya tapi karena tak enak, khawatir saya marah maka mereka mengirim artikel di sosmed agar saya baca.
Yaa mungkin juga, saya harus ditegur.
Kadang saya telat mikir, ketika dapat teguran saya baru terfikir, “jangan-jangan saya riya.”
Sampai saya lupa, riya itu kayak apa? Kemudian saya coba tanya ustaz-ustaz dan orang yang saya anggap lebih soleh.
Tapi karena ini masih bulan Ramadan, baru hari kedua pula, saya agak malas cerita kondisi sesungguhnya, karena jangan-jangan saya buruk sangka dengan menuduh orang berpikir saya riya. Ahh jadi ribet deh…
Intinya gini, mungkin sayanya aja yang tipenya semangat, kadang saya bilang dengan semangatnya, “anak-anak binaan saya itu tilawahnya banyak banget lho sehari bisa 6 juz, ada juga yang 10 juz.”
Lain hal lagi saya tulis di sebuah cerita, “ehh ini masakan saya, enak deh.” Sebetulnya saya cuma ingin berbagi cerita saja, berbagi semangat saja.
Tapi saya jadi terpekur sendiri karena ada desiran-desiran julukan riya yang nempel.
Sebetulnya, pikiran jangan riya itu malah bikin kita jadi enggak maju dan enggak jadi melakukan sesuatu, jadi enggak semangat motivasi orang.
baca juga: Jangan Riya
Ketika Aku Lupa Untuk Tidak Riya
Sebetulnya, riya itu adalah gimana kita ngelola perasaan kita saja, toh sudah tahu tujuannya adalah kita pingin satu lingkungan tuh baik semua dan kita bisa belajar dari yang lain.
Nah riya atau sombong itu kadang-kadang malah enggak kepikiran dan baru tersadar ketika ada yang mengingatkan dan terus terang ingatan tentang riya itu cukup mematahkan semangat.
Konteks riya, hmm.. bukankah ada studi banding maka kita bisa melihat kelebihan orang lain untuk ditiru. Kalau kelebihan itu enggak ditunjukin nanti orang enggak tahu…
Juga dengan nunjukin sesuatu orang jadi enggak suudzhon. Misal; anak saya bilang, “perlu enggak saya tilawah dengan suara keras agar orang tahu bahwa walau tinggal di Australia tapi kita tetap tilawah? Karena saya lebih suka kalau tilawah tuh di pojokan kamar yang sepi.”
Saya bilang, “do whatever you like.” Kadang orang enggak mikirin apa yang jadi pikiran kita…
Kembali ke soal riya, ahh saya kira kembali ke hati dan kemaslahatan yang lebih besar.
Bila tujuannya menghindari suudzhon kayaknya enggak apa-apa, bila tujuannya nambah keimanan juga enggak apa-apa, motivasi agar lebih juga enggak apa-apa.
Pokoknya apa-apa tuh enggak apa-apa deh yang bikin ada apa-apa karena pikiran kita sendiri.
Saya masih tetap berpikir nunjuk-nunjukin sesuatu atau kegiatan yang kita lakukan (yang positif, yang bagus-bagus) tuh enggak apa-apa, karena iman kita masih standar kadang kita melakukan sesuatu lihat kiri kanan, lihat orang lain buat baru kita percaya diri.
Terus terang, ketika teman saya bilang, saya mau ikuti Umar bin Khathab sehari 10 juz saya langsung ‘deg,’ ada sebersit iri di hati, tapi saya sadar saya enggak sanggup, namun saya pingin motivasi orang-orang.
Pamer-pamer ibadah enggak apa-apa kali yaa di kala banyak orang di dunia pamer kemaksiatan.
Terakhir, saya pikir biarin aja deh orang itu riya atau enggak, itu urusan dia sama Allah… Selama kita dapat manfaatnya, why not.
Jujur, saya enggak suka dengan bab Riya, pikiran itu mematahkan semangat saya.
Dan bikin saya jadi lamaaa.. Karena nimbang-nimbang, “riya enggak yaa?” Pokoknya riya enggak riya, bodo amat deh saya akan maju teruss…
(Perth, 19 June 2015)
*Pakai kacamata hitam riya enggak? Upload foto kue-kue bikinan sendiri riya juga? Kalau semuanya riya berarti aku musti ganti nama, Fifi Proklawati jubiriya… hiiiiiiyy…
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok:
https://www.tiktok.com/@mamfifi_jisc