ENGGAK mudah didik anak. Kadang anak kita berbohong. Kadang anak kita kedapatan mengambil milik orang lain, kadang anak kita membentak.
Saya pernah mendapati anak yang hafal Alqur’an dan menikah dengan cara syariah dan bapak ibu dan mertuanya pun seorang ustaz kabir, tapi ketika berurusan dengan uang, terlihat betapa dia mengambil yang bukan haknya, di situ saya enggak terima.
Ada lagi seorang anak aktivis yang mana dia juga dealing dengan pengajian-pengajian bahkan jadi guru ngaji tapi memakai uang infak yang dititipkan ke dia dan mengatakan uang infak itu hilang.
Jadi ketika anak kita berdusta sedikit bilang sepatu yang belikan pamannya padahal mungkin dia ambil uang dari laci, atau dia enggak mau sekolah tapi berdusta mengatakan teman ada yang ngebully atau guru bentak-bentak di kelas, jangan merasa dunia kiamat dan stres.
Karena memang enggak mudah didik anak. Tidak usah juga cari alibi, kita sibuk atau belajar dari mana dia begitu? Mungkin bisa jadi suami istri saling menyalahkan dan sibuk mencari kambing hitam.
Sebaiknya kita sibuk mencari solusi dan segera introspeksi diri.
Kullu bani Adam khoto’
Setiap manusia pasti ada salah.
Baca juga: 7 Inspirasi Mendidik Anak seperti Nabi (Bagian 1)
Enggak Mudah Didik Anak
Bahkan Nabi Adam saja melanggar aturan Allah juga, terpengaruh dengan ucapan iblis, bahkan beliau juga dihukum langsung oleh Allah.
Juga Nabi Nuh, anaknya malah menghina bapaknya, ikut-ikutan hoaks masyarakat terhadap bapaknya bahkan menuduh bapaknya gila, membangkang.
Bahkan semua anak Nabi Yakub juga berdusta, ngarang cerita tentang hilangnya Nabi Yusuf, bahkan tega menghabiskan malam adiknya dalam sumur, kok enggak kepikiran terhadap adiknya yang ditinggal di sumur tanpa makanan? Kok tega. Padahal anak nabi langsung, zaman dulu juga enggak ada internet dan enggak ada influencer atau kisah sinetron yang mungkin kita ketakutan diikuti anak-anak kita.
Jadi jangan stres kalau anak kita berbuat salah.
Fahami alurnya dan cari alasannya.
Ajak bicara dan tekankan bahwa itu tidak benar dan ajak untuk sama-sama perbaiki diri.
Jangan terlalu judgemental.
Anak itu bukan robot yang bisa kita setting ikuti kemauan kita, robot juga bisa ngambek, habis baterai.
Intinya; ingat ayat ini yaa ..
Selain sebagai anugerah dan nikmat dari Allah SWT, anak juga menjadi ujian dan cobaan bagi orang tuanya. Hal ini ditegaskan dalam QS. At-Taghabun ayat 15.
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar”.
Jangan bersedih, tugas kita hanya usaha.
Hati anak kita milik Allah, maka dekati Allah.
Agar Allah bantu untuk mengubah anak-anak kita menjadi seperti yang Allah inginkan …
Karena … dalam Al-Baqarah: 216
Ayat itu mengajarkan kepada kita semua, bahwa apa yang kita anggap suatu kebaikan belum tentu di mata Allah juga kebaikan, dan sebaliknya suatu yang tidak kita senangi, namun itu justru baik untuk kita.
Ayat itu ditutup dengan kalimat indah sebagai kesimpulannya, yakni: “Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
Kuy, kembalikan pada Allah.
Dan jangan bersedih kalau anak kita ada bandelnya.
Jangan juga worry kedepan begini dan begitu.
Jangan memperpanjang pikiran yang belum tentu terjadi.
Yang penting, dudukkan masalah dan segera cari solusi dan ajak anak memperbaiki diri.
Dia harus tahu dirinya salah dan ajak dia perbaiki diri, dan beri waktu untuk perbaiki diri.
Yang penting anak-anak tahu salahnya apa dan dia punya keinginan untuk perbaiki kesalahannya.
Dan sebaiknya tidak diumbar kesalahannya sehingga orang lain enggak usah ikut-ikutan ngejudge anak kita.
Engfak enak khan kita lagi sedih, masalah anak kita diungkit-ungkit.
Juga kalau anak kita sudah baik dan sudah bertaubat, apakah orang lain tahu perubahan itu.
Jangan sampai yang diingat hanya yang jeleknya saja, ketika sudah baik, orang-orang tak tahu dan anak kita jadi dicap ‘anak bandel’.
Sekian dari saya.
Jangan lupa.
Kita pernah jadi anak-anak.
Anak-anak enggak pernah jadi kita.
Jangan paksa dia untuk memahami keinginan kita.
Dia tak faham.
Lanjut yaa ke artikel berikut …
# sekilas pandang dari owner Boarding school (Jibbs and Jigsc – et Puncak ‘ n Purwadadi) yang didirikan bukan oleh seorang nyai atau kiai, tapi seorang ibu anak 4.