SETAN selalu mengajak manusia lalai. Jika lalai, setan bahagia. Jika tersadar, setan menangis.
Ketika seorang muslim shalat, setan begitu sibuk dengan berbagai perangkapnya. Setan mengingatkan sang muslim dengan berbagai kesibukan yang harus ia lakukan.
Kalau si muslim terpancing, maka shalat di awal waktunya hanya seperti beban berat yang ingin segera ia lepaskan. Supaya selanjutnya ia merasa bebas dari beban shalat.
Kalau si muslim tetap shalat dengan tenang, maka setan menggunakan perangkap lain. Berbagai memori dan imajinasi yang ada di pikiran si muslim disegarkan setan.
Misalnya, sebelum shalat ia lupa meletakkan kunci, maka saat shalat lupanya sembuh. “Oh iya, kuncinya saya simpan di sana,” begitu pulihnya daya ingat.
Contoh lain, setan mengingatkan si muslim tentang agenda-agenda yang begitu banyak. “Ingat, hari ini jam segini, kamu ada acara ini dan itu. Ingat, nanti malam kamu ada janji dengan si fulan. Ingat, besok pagi kamu ada acara penting.” Dan seterusnya.
Apa targetnya? Supaya si muslim lupa bilangan rakaat shalatnya. Ia akan ragu, apakah shalat saya sudah empat rakaat atau masih tiga rakaat?
Nah, ketika si muslim mengakhiri keraguan shalatnya dengan sujud sahwi, setan menyendiri dan menangis.
“Sialan! Sudah bagus dia lupa bilangan rakaatnya, eh malah ditambah dengan sujud dua kali,” ucap setan sambil menangis menyesali kekalahannya.
**
Islam ini rahmat dari Allah subhanahu wata’ala. Segala perangkat amal ibadah dirancang untuk kebaikan dan kemenangan seorang muslim dari setan.
Maksiat itu dosa, tapi taubat menjadi tebusan dan kebaikan yang berlipat ganda. Setan awalnya begitu gembira ketika seseorang bermaksiat. Tapi ia akan menangis sejadi-jadinya ketika si pelaku maksiat bertaubat. Dan Allah mengganti dosanya dengan pahala.
Bertakwalah semampu yang bisa kita lakukan. Insya Allah akan selalu ada jalan yang memudahkan. [Mh]