BUKA puasa. Lain daerah lain menu. Masalah buka puasa yang kadang saya suka berpikir, orang Indonesia itu lucu selalu berbuka puasa dengan berbagai macam menu makanan, apa saja ada.
Oke, Rasulullah memang menganjurkan berbukalah dengan yang manis, maksudnya tuh kurma. Tiga butir kurma berdasarkan penelitian dokter mengandung kalori yang tinggi yang cukup banget untuk naikin kadar gula kita, sehingga kita jadi kuat lagi.
Keren yaa kurma, tapi orang Indonesia mengartikannya dengan bukaan yang manis mulai dari cendol, kolak dan teman-temannya, padahal rasa manis dari gula itu mengandung insulin yang bikin tubuh jadi lemas.
Nah, untuk bikin kurma itu gak melekat, air putih sudah paling cocok temannya. Lucu banget deh kurma kalau berteman dengan cendol atau es doger.
Tapi itu adalah kenyataan, sering saya melihat menu buka puasa orang Indonesia itu campur aduk, dari ubi goreng, es kolang-kaling, mpek-mpek, kue bolu, gorengan dan lainnya.
Saya suka mikir orang Indonesia itu uangnya banyak sebetulnya, karena bulan Ramadan ini kita kayak pesta sebulan. Makanan yang enggak pernah ada jadi diada-adakan.
Saya ingat, waktu anak-anak masih kecil juga begitu, apa yang mereka suka itu ada di depan mata. Mulai dari es krim, chiki-chiki, ayam goreng, enggak lama burger, milo, walaupun akhirnya yang berhasil di makan dengan sukses cuma ayam goreng dan nasi putih saja.
Namun itu adalah bentuk panik seorang ibu yang pingin anaknya belajar puasa sejak masih kecil (jangan ditiru).
baca juga: Ide Set Menu Sahur dan Buka Puasa dari Real Food
Buka Puasa
Yang saya soroti, kemarin ada acara buka puasa di rumah seorang pejabat.
Beliau orang kaya, cuma menu bukanya sesuai banget dengan saya yang lagi mencoba untuk diet; air putih, kurma dan pisang rebus dan kacang-kacangan.
Wah kalau hujan pas banget tuh, pikir saya. Eh benar juga, pas ba’da magrib ada sedikit hujan bermunculan di teras rumah.
Intinya udara dingin menunjang banget dengan menu buka puasanya yaitu cuma soto dan bakwan jagung, sotonya juga enggak komplit. Sotonya hanya semangkuk kecil, tapi pas buat saya.
Saya salut sama sang pejabat, beliau berusaha menerapkan konsep berbuka itu bukan berarti membuka keran hawa nafsu, tapi sekadar memenuhi syarat berbuka puasa.
Sekadar membedakan antara waktu puasa dan waktu tidak puasa. Bukanlah ketika waktu tidak puasa kita kemudian boleh makan terus menerus.
Namun ketika saya keluar rumah, beberapa ibu gerundeng dan ada bau menuduh sang pejabat dengan istrinya sebagai sosok yang pelit.
Bahkan ada seorang ibu dengan demonstratif mengajak kami meneruskan buka puasa di warung padang.
Saya paham ibu-ibu itu kenapa begitu, yaa karena sudah jadi semacam image, kalau buka puasa di rumah orang kaya pasti banyak makanan enak dan berlimpah ruah.
Saya teringat ketika menghabiskan akhir Ramadan di Saudi dengan lebarannya sekalian, dari sejak buka puasa, sahur, sampai lebaran lagi bahkan minggu depannya ketika makan siang di rumah kawan, menunya sama, nasi mandi/nasi kebuli dan ayam atau kambing, atau nasi yang dikasih kismis begitu.
Sejenak saya bangga jadi orang Indonesia, karena menu sehari-hari dengan menu berbuka puasa dan menu lebaran pasti beda.
Kita tentu pernah kan makan siang dengan ketupat, opor dan sambal goreng hati? Lalu snack-nya kue castangel, nastar, putri salju.
Intinya ada tradisi yang bisa kita lestarikan seperti menu makanan ketika berlebaran, ada juga tradisi yang harus kita tinggalkan, yaitu buka puasa dengan menu samber gledek, menu apa aja ada…
Apa aja ada yang penting anak-anak puasa. Ajarkan anak-anak; pilih 2 makanan saja yang untuk hari ini dan apa yang diinginkan selebihnya baru didapat pada buka puasa esok.
Ahh, jadi orangtua memang lelah, tapi kalau tidak punya anak susah juga kan?!
(Catatan Mam Fifi, 28 June 2015)
(otw dari rumah sang pejabat menuju pulang, “bu, ini saya bawakan ikan, kangkung, kentang, tempe buat buka puasa plus es buah dan juice jeruk.” saya bingung menjawab supirku yang baik hati)
Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok:
https://www.tiktok.com/@mamfifi_jisc