ChanelMuslim.com – Keluar negeri itu nggak mesti diidentikkan dengan sebuah kemewahan, jalan-jalan, pleasure, foto-foto di menara Eiffel, belanja-belanja, cinta dunia, lupa teman, kesombongan dan lain-lain yang setipe. Keluar negeri itu banyak yang dapat dipelajari, membuka wawasan dan malah jadi tahu orang-orang sudah melakukan apa saja. Termasuk juga mengukur standar kita. Kemampuan kita ada di mana dan juga bisa melihat dengan cara yang berbeda.
Dari sejak masuk imigrasi kita akan merasakan pelayanan yang menyelidik terutama kalau kita pakai jilbab. Yang paling parah di Thailand, saya diperiksa. Lalu pas saya tanya, “Kenapa saya diperiksa banget tapi perempuan di depan saya enggak?”
Dijawab dengan santai, “Because you are muslim.”
Ya sudahlah, aku nggak bisa bilang apa-apa. Tapi aku berjanji di hatiku nggak akan ke Thailand lagi. Kalau nggak salah waktu itu ada seminar Economy Islam dan waktu itu aku masih kerja di perusahaan Malaysia sebagai staff manajemen. Belum bikin sekolahan.
Yang aku agak sedikit senang ketika di Doha karena woman jadi nggak begitu diperiksa dan melihat perempuan bule harus buka sepatu serta lepas semua gelang dan jam tangan. Aku senang karena kamu pahamlah ya. Enak jadi tuan rumah di rumah tetangga yang muslim. Demikian analoginya.
Kalau keluar negeri yang aku cari selalu ya masjid, perkampungan muslim dan halal butcher, kunjungan sekolah, pusat pendidikan, toko buku, museum dan lain-lain. Ke mall? Malas. Di Jakarta lebih enak dan besar. Mall di luar negeri dingin terutama sikap pelayannya yang memandang kita seakan kita imigran nggak punya duit.
Pernah aku mau beli jam tangan yang ditanya adalah, “Kamu punya uang berapa?”
Aku bengong. Lalu aku kesal dan aku tinggal. Giliran dia yang bengong dan kemudian agak berlari dan nyamperin aku minta maaf. Nggak deh. Aku orangnya mudah sakit hati terutama kalau agamaku, negeriku dan diriku dihina. Aku nggak perlu jam tangan luar negeri karena di Indonesia juga banyak.
Pandangan masyarakat Eropa agak miring terhadap perempuan berjilbab kecuali pada students dan turis. Sejak perang Syria, dianggap yang pakai jilbab orang Syria miskin dan minta-minta lalu low class. Menumpang hidup di negara mereka. Kasihan muslim Syria. Di negerinya terusir, di negara orang lebih aman tapi terhina.
Demikian ceritanya, yang jelas kalau mau murah, bawa rice cooker dan masak sendiri. Hemat, murah, halal pula dan banyak bisa tambah. Juga utamanya sesuai selera kita. Jadi intinya, keluar negeri itu nggak usah diidentikkan dengan jalan-jalan, liburan dan bersenang-senang saja.
Kita harus mendapat dan mengambil manfaat kemanapun kaki kita melangkah. Itu yang aku tekankan pada guru-guru dan juga anak-anakku. Ambil manfaat nggak semua orang punya kesempatan bisa keluar negeri. Dan bagiku, penting bagi guru untuk pergi keluar negeri. Selain wawasan juga belajar dan utamanya membangun confidence and mindset. Karena itu, guru-guru di JISc hampir semua pasti ada kesempatan keluar negeri entah ke Malaysia, Singapura, China, Jepang dan Australia. Bahkan sekarang merambah ke Eropa.
Dan saat ini sudah 300 dari 400 orang guru yang sudah punya paspor dan keluar negeri. Belajar dan belajar. Apa saja. Penting bila kita mau mendidik anak bangsa. Dan, kamu tahu kan? Kalau Anis Baswedan sedang keluar negeri juga untuk belajar tata kota? Bawa direktur-direktur?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mendatangi masjidku (masjid Nabawi), lantas ia mendatanginya hanya untuk niatan baik yaitu untuk belajar atau mengajarkan ilmu di sana, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah. Jika tujuannya tidak seperti itu, maka ia hanyalah seperti orang yang mentilik-tilik barang lainnya.” (HR. Ibnu Majah no. 227 dan Ahmad 2: 418, shahih kata Syaikh Al Albani)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: