KITA belajar dari kultur orang Korea yang menanam di negeri kita. Mereka juga punya komplek dengan slogan hidup 100 tahun lagi.
Alhamdulilah, pagi ini, saya sahur dengan kangkung tumis dari kebun sendiri. Jadi di-eman-eman. Hehe.
Sayur kangkungnya sepiring buat sekeluarga. Cabe juga dari kebun tetangga sih di Puncak. Bawang putih juga dari tetangga yang kebenaran anaknya kerja di depan rumah. Semua dari kebun sendiri dan sekitar.
Oh iya, ini kangkung yang ditanam di ember itu lho, dengan media gelas aqua yang bawahnya ditaruh arang atau ijuk. Pupuknya dari air keringatnya si lele.
Walaupun agak lama menunggunya, kalau satu ember sekitar 4 pekan.
Tapi hebatnya begitu selesai dipetik, eh tumbuh lagi. Satu ember bisa untuk 10 piring kangkung. Kalau satu hari seporsi kangkung dan sepiring nasi saja maka rakyat Indonesia enggak akan kelaparan.
Sebulan hanya perlu 3 ember. Belum lagi kalau kita menanam pisang dan melempar biji pepaya saja di halaman. Kakak saya menanam jahe, tomat, cabe, dan daun suji di pot-pot bunga depan jendela kamarnya.
Jadi beliau hari-hari tinggal mengambil kebutuhan hariannya untuk masak tapi memang kebetulan hanya untuk konsumsi 2 orang saja sih.
Baca juga: Fun Cooking for Family, Cara Unik Mam Fifi Ajarkan Masak kepada Anak-anak lewat Media Daring
Belajar dari Kultur Orang Korea
By the way, saya enggak mau bahas dan mengajarkan cara membuat kangkung di ember ya. Di internet sudah banyak juga. Saya malas menulisnya dan malas jawab-jawab.
Waktu itu ada yang agak ngomel sama saya, “Bu, tuliskan dong caranya! Jangan disimpan sendiri saja.”
Yang kayak begini kadang membuat saya malas menulis. Saya mau menulis apa yang dalam pikiran saya. Kalau sedikit-sedikit menulis cara atau resep saya malas. Saya cuma ingin cerita saja.
Intinya, negeri kita ini Allah kasih mudah untuk menanam. Mudah untuk membuat kita, inshaa Allah, tidak kelaparan.
Kayaknya, anak-anak harus diajarkan juga seni bertanam di negeri dengan tanah yang sangat subur.
Ciri-ciri tanah subur tuh berwarna coklat kemerahan karena kan di bawah kita tinggal ini ada gunung berapi. Semburan lahar ratusan tahun lalu membuat tanah gembur. Jadi laharnya yang bikin tanah subur.
Tanah kita kan tanah vulkanik, tanah subur dari perut bumi. Tanah kita hitam. Ada yang coklat kemerahan juga. Jadi subur.
Masalahnya bangsa kita enggak dibudayakan untuk menanam. Budaya menanam enggak ada juga di anak-anak yang malahan jadi budaya gadget, budaya sandwich. Huff….
Bulan lalu, anak saya cerita, “Mi, lagi viral ada kakek-kakek miskin banget makan nasi sama micin saja. Coba kalau si kakek kayak kakek-kakek di Korea yang rajin menanam ginseng mungkin enggak segitu kelaparannya.”
Maaf ya Kek, saya cuma berandai-andai saja. Kalau saya tahu kakek tinggal di mana, mungkin saya akan ajak kakek makan lele goreng dan pecel kangkung.
Lalu, actually tuh, di Puncak bahkan ada perkebunan yang isinya orang Korea semua. Mereka menjual macam-macam tanaman Korea.
Sayuran-sayuran untuk dibuat kimchi, ginseng, dan lain-lain yang ditanam di Puncak, arah JIBBS deh.
Mereka juga punya komplek dengan slogan hidup 100 tahun lagi.
Kapan-kapan kita meninjau tempat itu ya. Kita belajar dari kultur orang Korea yang menanam di negeri kita. Sampai jumpa.
Allah berfirman, ”Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. Maka, Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan tanaman yang menghijau.
Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak. Dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pula) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS Al An’am: 99)
(Catatan Mam Fifi, Mei 2020)
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok:
https://www.tiktok.com/@mamfifi_jisc