“MENURUT kamu, aku bawa sepatu satu atau dua ya?” aku iseng tanya-tanya nggak penting pada saudaraku.
Saudaraku, “Mau ke mana?”
Aku, “Hm, ke tempat salju dan ke tempat dingin.”
Saudaraku, “Ngapain?”
Aku, “Udah deh aku bingung jelasinnya, aku mau nolongin Syria.”
Saudaraku, “Haah??” (wajahnya cemas).
Aku, “Udah deh, topiknya kan sepatu. Aku malas bawa sepatu macam-macam tapi aku juga malas pakai sepatu yang berat-berat. Sementara kalau pakai sepatu santai yang depannya terbuka, aku khawatir kedinginan.”
Baca juga: Kegalauan Anak Setelah Sarapan Pagi
Saudaraku, walau wajahnya tetap cemas, masih bingung. Seakan aku mau menyiapkan sepatu buat perang di Syria. Kasihan Syria. Image orang terhadap Syria tuh jadi seram gitu.
Kasihan Syria, dulunya negeri para ulama. Bahkan kawanku yang tinggal di Turki berkali-kali mengajak aku kalau ke Turki mampir juga ke Syria. Karena katanya, Syria itu lebih indah dari Turki.
Di Syria berbukit-bukit dan indah. Pohon-pohon anggur dengan buahnya berjuntai di sepanjang jalan. Perjalanan Syria ke Turki naik pesawat 2 jam saja.
Kasihan Syria, kalau orang dengar kata Syria, seakan negeri itu negeri yang banyak orang jahatnya, negeri para teroris. Padahal penduduk Syria itu asalnya adalah orang Palestina, dan 78% adalah Suni.
Sementara Syi’ah hanya 1%. Tapi dengan dukungan Barat maka Syi’ah yang hanya 1% berhasil menduduki pemerintahan.
Kembali ke soal sepatu. Saudaraku kembali menatap dengan cemas seakan-akan aku mau perang besok pagi.
“Kamu nggak menyebrang ke Syria kan?” ujarnya semakin cemas.
Aku jadi sebal ditanya-tanya, “Tidak setiap hal harus diberitahukan yaa?”
Aku menjawab, “Hmm, tergantung kondisi aja, yang jelas aku rugi saja ngomongin sepatu sama kamu. Bukannya dapat saran malah nasihatin macam-macam soal bahaya teroris. Itu kan versi kamu yang kebanyakan baca media.”
Jihad tidak hanya perang
“Pikir saja deh negara kecil kayak gitu, taruhlan ada organisasi terorisnya, masak nggak bisa dikendalikan oleh Amerika yang segede gajah. Malahan rame-rame minta bantuan Rusia, China dan Perancis buat ikutan nyerang. Aneh.”
Saudaraku, “Tapi kamu nggak masuk ke Syria kan?” kembali menegaskan, sekaligus mencemaskan.
Hmm, ilfiil deh. Cuma jadi terpikir, ternyata kalau kita akhirnya jadi pergi berjihad betulan halangan akan banyak. Antara lain; membenahi pemikiran para saudara, tetangga dan handai taulan yang rata-rata awam terhadap perjuangan Islam dan masih percaya pada media yang membolak-balikan fakta.
Jadi jihad itu nggak cuma menyiapkan hati, ruh dan harta tapi juga menyiapkan fikrah keluarga dan handai taulan agar paham dan mendukung bukan malah mencemaskan.
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa meninggalkan dunia, sementara ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk berjihad, maka ia meninggal dunia dengan masih membawa satu cabang kemunafikan.” (HR. Muslim)
Aisyah ra. mengatakan, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum wanita wajib berjihad?’ Beliau bersabda, ‘Ya, jihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu haji dan umrah.’” (HR. Ibnu Majah)
Website: