Mendengar nama Universitas Al-Azhar di Kairo, tentunya sudah tidak asing bagi sebagian besar pelajar di Indonesia. Bisa dibilang, universitas ini adalah salah satu universitas Islam favorit bagi yang ingin melanjutkan pendidikan S2 jurusan Syariah di luar negeri.
Baca Juga: Tingkatkan Kemampuan Bahasa Arab, 36 Mab’uts dari Universitas Al-Azhar Didatangkan
Universitas Al-Azhar Kairo, Kampus Favorit Para Pelajar Indonesia
Universitas ini telah mengalami banyak perkembangan, seperti bertambahnya jumlah fakultas-fakultas yang ada. Pada tahun 1930, Universitas Al-Azhar hanya memiliki tiga fakultas, yaitu fakultas Ushuluddin, Syariah, dan Bahasa Arab.
Namun, semenjak tahun 1961 mulai bertambah fakultas-fakultas lain. Selain itu, Universitas Al-Azhar juga membagi fakultas khusus putra dan fakultas khusus putri.
Dikutip dari Republika.com pada Selasa, 26 Februari 2019, sejarah singkat didirikannya Universitas Al-Azhar di Cairo, Mesir, diawali dengan peletakan batu pertama Masjid Raya Al-Azhar atas perintah Khalifah Al-Mu’izz Lidinilah. Inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya universitas tersebut.
Pembangunan masjid selesai pada tahun 971 Masehi. Nama Al-Azhar diambil dari gelar putri Rasulullah, yaitu Fatimah Az-Zahra. Sementara itu, kegiatan akademis Al-Azhar baru dimulai pada tahun 975 dengan pengajarnya, yaitu seorang kadi tertinggi Dinasti Fatimiyah, Abu Hasan Ali bin Muhammad bin An-Nu’man.
Universitas ini sempat berhenti berkembang saat Dinasti Mamluk yang berkuasa sekitar tahun 1250-1517 karena saat itu memang menjadi masa kegelapan untuk umat Islam.
Banyak peristiwa yang membuat Islam mengalami kemelut, seperti Irak porak-poranda karena serangan bangsa Barbar dan juga diusirnya umat Islam dari Andalusia (Spanyol).
Oleh sebab itu, Dinasti Mamluk berupaya untuk membuat Al-Azhar pulih kembali. Akhirnya, diundanglah para alim ulama untuk mengajar dan ditetapkannya jabatan rektor pada tahun 1517 Masehi yang tugasnya memberikan penilaian atau reputasi kepada para sarjana, guru, mufti, dan hakim.
Selain itu, luas bangunan dari Masjid Al-Azhar adalah sekitar 6,5 hektar. Dindingnya terbentuk dari batu bata warna terakota. Ruangan dalamnya diterangi oleh puluhan lampu qindil berbentuk bulat.
Setelah mengetahui sejarah panjang Al-Azhar, kita menjadi tahu bahwa universitas ini mengalami pasang surut sampai bisa menjadi kampus favorit seperti sekarang ini.
Dikutip dari diy.kemenag.go.id, dijelaskan bahwa hanya Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesialah yang berhak mengeluarkan surat rekomendasi untuk masuk ke universitas Al-Azhar yang sekaligus menjadi legalitas keberangkatan calon pelajar ke Mesir.
Kemudian, para calon pelajar yang ingin berkuliah di Mesir harus memenuhi persyaratan sebagai berikut agar bisa mendapatkan surat rekomendasi Kemenag.
Pertama, mengajukan surat permohonan ke Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Kedua, melampirkan surat keterangan bahwa yang bersangkutan telah terdaftar di lembaga pendidikan luar negeri.
Ketiga, melampirkan surat keterangan KBRI tentang status lembaga pendidikan yang dituju.
Keempat, lampirkan surat pengantar dari Kemenag tempat domisili (Kabupaten/Kota).
Kelima, melampirkan biodata lengkap pemohon.
Keenam, melampirkan ijazah yang telah dilegalisir dan terdaftar di Kementerian Agama atau Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan terakhir, lampirkan foto copy paspor.
Para calon pelajar tidak perlu khawatir mengenai peluang karena hanya Kemenag yang bisa memberikan rekomendasi dan seleksi serta membuka kesempatan beasiswa, khususnya kepada para santri.
Selain itu, Kemenag juga membuka banyak program, seperti beasiswa dan non-beasiswa serta bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain yang terkait untuk memudahkan persiapan para calon pelajar sebelum berangkat ke universitas Al-Azhar. [Cms]