AULA Rusun Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi diwarnai hiruk-pikuk suara para residen sentra yang tengah mengikuti pelatihan Workshop Pahlawan Ekonomi Nusantara atau PENA. Di salah satu sisi aula, puluhan residen tampak fokus mendengarkan instruktur yang tengah mengajarkan cara menjahit pouch atau tas kecil yang sangat praktis dan fungsional.
Ada yang lancar menginjak pedal mesin jahit, ada pula yang tampak kikuk mengoperasikan mesin jahit. Meskipun begitu, mereka tampak serius mengikuti pelatihan yang digelar selama dua hari mulai 3 hingga 4 Februari.
Baca Juga: Berusaha dan Menerima Ketetapan Allah adalah Ibadah
Tekad Membuka Usaha Menjahit Setelah Ikuti Workshop PENA
Sebagai informasi, Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA) merupakan kegiatan membangun jiwa kewirausahaan, meningkatkan kemampuan berwirausaha keluarga miskin, kelompok rentan, orang tidak mampu dan orang yang mengalami risiko sosial serta memberikan fasilitas penguatan produksi untuk menunjang usaha yang dijalankan atau dikembangkan.
Sejak diluncurkan di tahun 2022 oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini, PENA berusaha mendorong kemandirian ekonomi keluarga penerima manfaat (KPM).
Di antara puluhan orang yang asyik dengan mesin jahit pada pelatihan PENA di Bekasi, sosok Wiwit Manfaati sang instruktur melihat satu per satu peserta yang hadir. Wiwit mengatakan sangat senang melihat antusiasme peserta yg hadir.
“Saya senang melihat semangat mereka. Walaupun latar belakang dan kemampuannya bermacam-macam, semua semangat ikut pelatihan menjahit,” kata Wiwit.
Pada pelatihan kali ini, Wiwit mengajarkan cara membuat pouch. Kenapa pouch? Selain cukup mudah dibuat, pouch juga cukup diminati. Dengan hasil jahitan yang rapi, nilai jual pouch bisa mencapai tiga kali lipat modal.
“Pouch ini kalau dijual hasilnya sangat menguntungkan. Misalnya, modal tidak sampai Rp50.000 tapi bisa dijual sampai Rp150.000. Tapi jahitannya harus rapi ya, kalau tidak rapi ya nilai jualnya rendah,” ujar Wiwit.
Andri, seorang residen Sentra Terpadu Pangudi Luhur terlihat masih asik menjahit meski sudah waktunya istirahat makan siang. Pria berusia 40 tahun ini pernah bekerja di konveksi. Oleh karena itu, dia sama sekali tak kesulitan membuat pouch.
“Saya ‘kan dulu pernah kerja di konveksi, bikin jas, jadi ini enggak begitu sulit. Tetapi memang belum pernah membuat pouch, jadi ini tantangan dan pengetahuan baru,” ujarnya.
Pria yang sudah tinggal delapan bulan di Sentra Terpadu Pangudi Luhur itu mengaku senang dirinya mendapatkan pelatihan yang bermanfaat. Andri pun bercita-cita untuk membuat usaha jahitnya sendiri saat dia bisa pulang ke kampung halamannya di Birobuli, Sulawesi Tengah.
“Saya ingin pulang ke Birobuli. Di sana saya ingin memulai usaha menjahit. Doakan ya semoga bisa sukses,” kata Andri penuh semangat.
Sumber: Kemensos