PENGAJAR Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta sekaligus dosen di Muhammadiyah Islamic College Singapore, Ahmad Rofiqi, menyampaikan bahwa semua sejarah kelam umat Islam menyiratkan pembelajaran yang sama. Runtuhnya Abbasiyah, konflik Palestina sekarang, serta masalah lainnya terjadi karena umat Islam keliru dalam menghadapi fitnah kubro.
Penjelasan mengenai fitnah kubro tersebut disampaikan dalam kuliah Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta di aula INSISTS Kalibata, pada Rabu (22/11/23) lalu.
Kisah pemberontakan Nabi palsu hingga tragedi Karbala dikisahkan oleh Rofiqi sebagai contoh kasus fitnah di masa sahabat.
Baca Juga: 4 Keistimewaan Hari Jumat Bagi Umat Islam
Pengajar SPI Jakarta: Umat Islam Tidak Boleh Keliru dalam Menghadapi Fitnah Kubro
Saat menjelaskan tentang fitnah di masa Khalifah Utsman, pria kelahiran Madiun tersebut mengatakan bahwa isu pembakaran Al-Qur’an sering digaungkan oleh musuh Islam.
Ia kemudian memaparkan latar belakang peristiwa tersebut, “Pembakaran Al-Qur’an di masa Utsman adalah pencapaian terbesar, karena dapat menyatukan umat Islam hingga sekarang.
Pada saat tersebut, sebagian besar orang membaca Al-Qur’an dengan cara yang salah, sehingga dibuatlah mushaf Utsmani, dan semua mushaf lainnya dibakar,” ucap Rofiqi.
Lebih lanjut, alumnus Islamic Call College Tripoli Libya tersebut juga menceritakan kisah Husain setalah wafatnya Ali. Posisi Khalifah digantikan oleh Yazid bin Muawiyah dan banyak orang yang tidak setuju, termasuk Husain.
Rayuan penduduk Kufah dan ambisi Husain menghasilkan keputusan untuk berangkat ke Kufah. Husain tidak mendengarkan nasihat dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas untuk membatalkan kepergiannya.
“Ketika mendekati Kufah, rombongan Husain dikepung. Akhirnya ia meminta tiga hal, salah satunya ingin dipertemukan dengan Yazid. Karena tidak ada kesepakatan, terjadi perang antara rombongan Husain dengan pasukan utusan Ubaidillah Bin Ziyad, yang menewaskan Husain dan seluruh keturunan Nabi Muhammad, kecuali anak Husain, Ali Zainal Abidin,” lanjutnya.
Tak hanya menjelaskan masalah-masalah besar yang muncul dalam Islam, Rofiqi menyertakan penjelasannya dengan tanggapan terhadap perilaku beberapa tokoh Islam tersebut.
Berkenaan dengan Utsman, ia mengutarakan, “Sikap Utsman sangat toleran terhadap musuhnya. Ia tidak melawan, sebab perilaku mereka disebabkan oleh kepribadian dirinya, bukan karena penodaan agama. Akibatnya, musuh Utsman semakin berani yang berujung pada pengepungan dan pembunuhan.”
Berkaitan dengan tragedi Karbala, Rofiqi mengatakan bahwa ambisi Husain yang mengganggap bahwa dirinya lebih berhak untuk menduduki posisi khalifah tidak salah.
“Tetapi Husain lupa bahwa penduduk Kufah suka berdusta,” imbuhnya.
Merespon banyaknya pandangan yang keliru terhadap berbagai peristiwa bersejarah Islam, Rofiqi menjelaskan beberapa poin yang harus diperhatikan dalam perspektif ahlus sunnah wal jama’ah,
“Dalam semua konflik, tidak ada sahabat yang terlibat. Perbedaan yang terjadi, sebagai contoh antara Muawiyah dan Ali hanya karena ijtihad, karena perbedaan kondisi daerah. Kemudian, semua konflik tersebut tidak mengurangi kewibawaan Islam.”
Afra, salah satu peserta SPI Jakarta menyampaikan respon positifnya terhadap materi tentang fitnah kubro yang ia dapat. Ia mengungkapkan pentingnya memahami sejarah,
“Fitnah menyebabkan suatu hal menjadi samar kebenarannya. Kehidupan zaman sekarang juga dipenuhi dengan fitnah. Untuk menghadapi kedua masalah tersebut, perlu memahami sejarah, sehingga kita bisa mendapatkan gambaran bagaimana fitnah bisa terjadi di tengah-tengah umat.”
Penulis: Yusti Qomah
[Ln]