IBADAH kurban tidak hanya rutinitas tahunan yang hanya berdampak pada aspek spiritual umat Islam. Ada dampak ekonomi dari ibadah kurban ini yang menjangkau masyarakat sampai lapisan bahwah.
Dampak ekonomi yang dihasilkan dari perayaan ibadah kurban adalah bagian dari gerakan pemerataan ekonomi dan kesejateraan masyarakat, terutama masyarakat miskin.
Masyarakat dengan ekonomi bawah bisa mengonsumsi daging dan turut berbahagia dengan perayaan Idhul Adha.
Menurut Rahmatina Awaliah Kasri, Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (PEBS FEB UI), mengatakan bahwa konsumsi daging masyarakat Indonesia ini masih jauh di bawah rata-rata. Dibandingkan dengan konsumsi daging di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia masih sangat jauh konsumsinya.
Baca Juga: BAZNAS dan MUI Dorong Penguatan Dakwah Zakat di UPZ PT Timah
Dampak Ekonomi Kurban Bagi Kesejahteraan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dari segi harga, di periode 2022 memacu para peternak lokal untuk menaikkan jumlah produksi dan membuat mereka dapat menjual hewan ternaknya dengan harga layak.
“Dengan suplai yang semakin banyak tentunya kita harapkan harganya juga bisa terjangkau dan yang penting juga peternak bisa menjual hewan ternaknya dengan harga yang layak, sekitar 20 persen dari harga yang biasa,” ucap Rahmatina dalam diskusi panel Seminar Ekonomi Kurban Pasca Pandemi yang diadakan oleh BAZNAS dan PEBS FEB UI, di Auditorium FEB UI. (Selasa, 21/06/2022)
Dampak ekonomi yang kedua adalah terjadinya perputaran dana yang dapat mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Berdasarkan data BAZNAS dan PEBS FEB UI (2018) menunjukkan per-tahunnya ada perputaran dana sebesar Rp. 69,9 triliun atau setara dengan 3,8 persen APBN 2022 selama pelaksanaan kurban.
“Jadi ini potensi dananya luar biasa sekali dan tentunya harus dikelola secara optimal sesuai dengan prinsip syariah untuk mendorong pemberdayaan ekonomi rakyat,” ucap Rahmatina.
Dampak yang ketiga, kurban terbukti membantu kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Peternak, pemasok, jagal yang bekerja di rumah potong dan stakeholder lainnya ikut merasakan peningkatan kesejahteraan ekonomi dari pelaksanaan ibadah kurban.
Permintaan hewan kurban seperti kambing, sapi maupun kerbau yang melonjak tajam juga menjadi salah satu faktor dari peningkatan ini.
Rahmatina berharap dengan distribusi pangan yang lebih baik dapat mendorong sektor peternakan sehingga impor daging bisa mengalami penurunan. Selain itu Indonesia juga bisa mencapai swasembada pasokan kurban. [Ln]