TUJUH penghambat kebahagiaan dijelaskan oleh Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Insyaha sebagai berikut.
1. Berburuk Sangka
Penghambat kebahagiaan yang pertama adalah berburuk sangka. Saat kita diuji dengan sedikit masalah lalu kita berburuk sangka kepada Allah.
Kita menganggap Allah tidak sayang, Allah tidak adil. Saat diuji hendaknya kita muhasabah diri. Kita introspeksi diri, mengapa Allah memberiku ujian seperti ini.
Barangkali ada dosa yang kita lakukan sehingga Allah ingin menghapus dosa kita itu dengan ujian. Mungkin ada orang yang kita sakiti, lalu Allah tegur diri kita dengan ujian.
Setelah itu, mohon ampun kepada Allah dan mendekat kepada Allah. Minta pertolongan agar ujian ini segera Allah beri solusinya.
“Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (HR. Tabrani dan Ibnu Hibban)
Termasuk juga suudzon kepada orang lain. Nah, agar kita tetap bahagia, biasakan untuk berprasangka baik/husnudzon kepada Allah ataupun kepada orang lain.
Tujuh Penghambat Kebahagiaan
Orang yang selalu berprasangka baik hidupnya akan tenang, damai dan bahagia sebaliknya orang yang selalu berprasangka buruknya hidupnya akan gelisah, suka marah-marah, sensitif dan ujungnya banyak melakukan dosa ghibah.
Misalnya nih, saat kita melihat tetangga sedang menyapu jalan, sebenarnya perbuatan ini adalah perbuatan yang biasa bukan, atau bisa kita umpamakan nilainya netral.
Perilaku membersihkan jalanan bisa positif atau negatif, itu tergantung persepsi masing-masing orang.
Kalau orang yang berpikir positif maka ia akan mengatakan, “Ibu itu baik sekali menyapu jalanan sehingga membuat orang lain nyaman, semoga dengan kebaikannya menjadi keberkahan”.
baca juga: Balon Kebahagiaan
Berbeda dengan orang yang berpikir negatif, ia akan mengatakan, “Alah… sok bersih paling cari muka”.
Contoh lagi nih, saat kita sedang jalan di genangan air, tiba-tiba ada mobil berjalan cepat sehingga sebagian air genangan muncrat mengenai celana kita.
Orang yang berpikir negatif, mereka akan marah, ngomel, mengumpat, meneriaki bahkan melempar batu ke mobil tersebut.
Mereka mengatakan, “Orang tidak tahu diri, tidak sopan, tidak tahu tata krama, gue sumpahin nabrak lu”.
Sedangkan orang yang berpikir positif maka ia akan mengatakan, “Ooo nggak apa-apa, mungkin iya keburu-buru ke rumah sakit, istrinya mau melahirkan”.
Dengan berprasangka positif maka hati kita akan lebih tenang, lebih damai, lebih nyaman. Jadi orang yang negatif itu, meskipun orang lain melakukan tindakan sebaik apapun tetap saja ia akan berprasangka buruk.
Orang yang tabiatnya berprasangka buruk itu selamanya hidupnya tidak nyaman, tidak damai, tidak tenang.
“Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Sobat, kita harus selalu melihat dari sisi yang positif.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ada sebuah cerita. Ketika itu ada sebuah cluster kecil dengan beberapa rumah di dalamnya.
Ada sebuah keluarga yang merasa dikucilkan dalam cluster itu. Tentu saja keluarga itu tidak nyaman dengan kondisi seperti ini.
Namun, keluarga itu melihat dari sisi positifnya. Dengan kondisi mereka dikucilkan di cluster, keluarga ini akhirnya menjalin pertemanan dan persahabatan di luar cluster.
Ia rajin berkunjung, bersilaturahmi, berbagi di luar klasternya. Akhirnya keluarga ini memiliki banyak teman, banyak sahabat.
Keluarga ini bisa mengambil sisi positif dengan kondisinya yang dikucilkan di cluster. Lalu ia sudah tidak tergantung lagi dengan yang di dalam cluster.
Lama-lama yang di dalam cluster mulai kembali mendekati keluarga ini dan mulai normal kembali hubungannya.
Ini adalah salah satu contoh bagaimana kita bisa mengambil sisi positif dari sebuah peristiwa yang tidak kita sukai.[ind]
bersambung