PADA Ahad (27/7/2025), Gaza kembali menjadi saksi penderitaan mendalam. Dalam satu hari, 5 warga kehilangan nyawa karena kelaparan. Salah satunya adalah seorang bayi yang meninggal akibat kekurangan gizi dan tidak mendapatkan asupan susu formula maupun ASI.
Di hari yang sama, 12 warga meninggal ketika pasukan Israel menyerang titik distribusi bantuan di Jalan Salah al-Din. Sementara itu, di Khan Younis, 9 orang menjadi korban serangan artileri yang menghantam truk bantuan.
Tragedi ini belum termasuk korban dari serangan udara yang menyasar gedung dan tenda pengungsian.
Data di atas merujuk khusus pada kematian yang berkaitan dengan kelaparan, baik karena malnutrisi maupun karena berusaha mengakses bantuan pangan.
Total 27 kematian tersebut bukan akibat bencana alam, melainkan bagian dari tindakan sistematis yang dilakukan oleh Israel.
Di tengah kecaman internasional, Israel kembali melakukan manuver citra.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Pada hari yang sama, mereka mengumumkan jeda tembakan selama 10 jam setiap hari untuk memungkinkan pengiriman bantuan.
Namun kenyataan berkata lain, hanya sehari setelah pengumuman itu, 36 warga meninggal, lebih dari separuhnya perempuan dan anak-anak.
Dr. Maimon, Direktur SMART 171, menceritakan kondisi tragis di lapangan.

“Pekan lalu, tim kami di Gaza sempat mengatakan bahwa mereka kehabisan bahan makanan. Tapi alhamdulillah, mereka akhirnya bisa menyiapkan 1.000 porsi makanan yang dibagikan pada 27 Juli. Itu baru kali kedua bulan ini,” ujarnya.
Namun ia mengingatkan bahwa 2.000 porsi makanan sangatlah kecil dibandingkan dua juta warga Gaza yang sedang mengalami kelaparan masif.
Kelaparan Akut di Gaza: Derita yang Diciptakan Secara Sistematis
Bulan sebelumnya, timnya bahkan bisa menyuplai 8.000 porsi, tetapi kini harga pangan melonjak drastis dan stok makin langka.
Krisis ini mencerminkan kehancuran akibat kebijakan yang disengaja.
Badan Pangan Dunia (WFP) menyatakan bahwa persediaan makanan terakhir telah habis sejak akhir April.
Harga makanan melonjak hingga 3.000 persen. WHO mencatat bahwa pada bulan Juli saja, 63 dari 74 kematian akibat malnutrisi terjadi, sebagian besar adalah anak-anak di bawah lima tahun.
Baca juga: Israel Melaparkan Gaza, SMART 171 Salurkan Seribu Porsi Makanan Hangat
Hampir seluruh warga Gaza kini berada dalam fase krisis pangan akut (IPC Fase 3–5, dengan Fase 5 sebagai yang paling parah).
Mengakhiri bencana kemanusiaan ini membutuhkan tindakan nyata, bukan sekadar jeda sepuluh jam yang tidak menyentuh akar persoalan.
Yang dibutuhkan adalah pembukaan akses penuh ke Gaza atas dasar kemanusiaan.
Pemimpin negara-negara mayoritas Muslim harus memahami bahwa dalam situasi genosida, sikap netral adalah bentuk keterlibatan.
Membisu berarti turut membiarkan kejahatan terus berlangsung.
Dan korban pertama dari kelaparan yang disengaja ini adalah anak-anak yang tak berdaya.[Sdz]