LINXIA berasal dari kata Lin dan Xia. Lin artinya sebelahan atau dekat, dan Xia artinya sungai Daxia. Atau, kota yang bersebelahan dengan sungai Daxia.
Di Negeri Cina ada sebuah kota setingkat kotamadya yang dijuluki Mekah Kecil. Disebut Mekah Kecil karena masjidnya sangat banyak dan begitu mudah ditemui muslimah berjilbab di tempat-tempat umum.
Letak Kota Linxia
Kota Linxia terletak di propinsi Gensu. Kota ini tergolong berada di dataran tinggi. Lokasinya berada sekitar 1.900 meter di atas permukaan laut. Luasnya sekitar 90 kilometer per segi.
Udaranya sangat sejuk, dan kadang sangat dingin. Suhunya bisa minus derajat Celsius. Salju bukan hal aneh di Linxia.
Dahulu, kota ini termasuk jalur sutra atau lintas perdagangan dari barat ke timur. Dari keadaan ini pula, para pedagang dari Arab singgah dan berinteraksi dengan masyarakat Linxia.
Masuknya Islam
Islam masuk ke Linxia sejak akhir abad ke 6 masehi. Lebih tepatnya di sekitar masa Kekhalifahan Usman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.
Masuknya Islam melalui para pedagang dari Arab yang singgah dan berinteraksi dengan penduduk asli Linxia. Ada yang menetap sementara, ada pula yang menikah dengan warga lokal dan menetap di sana.
Suku lokal yang menjadi muslim adalah suku Hui. Suku inilah yang kemudian berdakwah di kawasan negeri Cina, khususnya Linxia dan propinsi Gensu.
Jumlah umat Islam di Linxia mayoritas, sekitar 75 persen dari 300 ribu penduduk. Hui bisa dibilang sebagai suku minoritas di Cina, tapi mayoritas di Linxia.
Islam Berkembang
Keterikatan Islam dengan masyarakat Linxia sudah sangat menyatu. Hampir tak seorang wanita pun di negeri yang subur tarekat sufi ini yang keluar tanpa busana muslimah.
Meski penduduknya hanya ratusan ribu. Tapi jumlah masjidnya juga ribuan. Ada sebanyak 3 ribu masjid di kota yang luasnya hampir setengah luas Kota Depok Jawa Barat.
Tidak heran jika kita hanya berjalan ratusan meter, selalu dijumpai masjid. Masjid-masjid di Linxia tergolong masjid kuno yang berumur rata-rata 400 tahun.
Menariknya, di setiap masjid besar, selalu dijumpai semacam pesantren. Di sinilah para Linxian menyiapkan generasi mudanya untuk memahami Islam dan sekaligus sebagai dai.
Seni kaligrafi begitu masyhur di sini. Hampir setiap rumah di kota ini selalu memajang kaligrafi: di luar dan di dalam rumah.
Jika di dalam rumah, seni kaligrafinya dalam bentuk lukisan dan dipercantik frame khas seni Cina, di luar rumah dalam bentuk ukiran. Bukan hanya ukiran kayu, tapi juga ukiran batu.
Konon, seni ukir Jepara merupakan buah pengajaran dari warga Linxia tempo dulu yang berinteraksi dengan warga Jawa Indonesia dalam interaksi perdagangan.
Ekonomi Warga
Secara umum, warga Linxia hidup dalam berdagang. Ada juga yang bertani. Mereka tinggal di daerah pinggiran atau desa.
Biaya hidup di kota Linxia tergolong tinggi, mirip seperti Jakarta. Harga kos-kosan di sana mencapai 1,2 juta rupiah per bulan untuk ukuran 5 meter per segi. Satu mangkok mie halal khas Linxia sebesar 45 ribu rupiah.
Namun begitu, harga menginap di hotelnya tergolong standar. Sekitar 400 hingga 600 ribu per malam.
Beragam kuliner halal bertebaran di Linxia. Mulai dari olahan mie, steak, sop, dan aneka kue snack khas kota ini. Ya, mirip kue-kue kering menjelang Lebaran di Indonesia.
Menuju Linxia
Pemerintah Cina merapkan bebas visa untuk warga Indonesia. Tentu dengan lama kunjungan tertentu, biasanya sepuluh hari.
Biaya tiket pesawat dari Jakarta ke propinsi Gensu sekitar 3 juta rupiah untuk sekali jalan. Lama perjalanan lumayan panjang, sekitar 8 jam.
Tertarik untuk berkunjung ke Mekah Kecil di Cina: Linxia? Rasanya bulan-bulan ini sangat tepat karena sedang masuk musim panas. Suhu di sana sekitar 27 derajat Celsius di siang hari. Lumayan cerah dan hangat. [Mh]