ADAKAH resep bahagia yang paten? Bagaimana caranya agar kita itu bisa bahagia, kenapa sih kok sulit sekali menjadi orang yang bahagia ya, apalagi saat kita dalam kondisi kekurangan ekonomi?
Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Insyaha menjelaskan, ada 3 rumus agar kita menjadi pribadi yang bahagia.
Yaitu memutuskan untuk bahagia, banyak bersyukur dan berprasangka baik. Sobat, ada 2 level bahagia, pertama bahagia level rendah yaitu bahagia yang datangnya dari luar misalnya ketika mendapatkan hadiah, dibawakan oleh-oleh, memenangkan perlombaan, mendapatkan nilai bagus saat ujian. Semua itu membuat dirinya bahagia.
Namun saat semua itu tidak tercapai maka ia tidak bahagia bahkan bisa marah, kecewa dan sedih. Ia mengharapkan mendapatkan hadiah atau oleh-oleh tetapi ternyata tidak, ia sedih. Ia kalah dari perlombaan bisa kecewa. Nilai ujiannya tidak bagus, ia marah. Jadi saat semua tidak sesuai dengan harapannya, ia menjadi sedih, kecewa dan marah.
Lalu bahagia level lebih atasnya adalah bahagia yang bersumber dalam diri sendiri. Saat susah pun ia masih tetap bisa bahagia. Saat mendapatkan masalah, mendapatkan musibah masih bisa bahagia dengan cara apa dengan cara bersyukur.
Rasa syukur yang paling besar adalah sampai detik ini kita masih diberi nafas untuk hidup. Kenapa hidup itu bentuk rasa syukur yang paling besar sebab dengan diri kita yang masih hidup kita masih bisa menambah pahala sehingga level surga kita semakin tinggi dan kenikmatannya semakin sempurna.
Lalu saat kita masih hidup kita masih diberi kesempatan untuk menghapus dosa-dosa kita sehingga kita bisa terhindar dari neraka.
Jadi saat kita mendapatkan musibah apapun itu, bersyukurlah detik ini kita masih diberi kenikmatan untuk hidup. Karena orang yang sudah meninggal sudah tidak bisa lagi berupaya menambah pahala dan menghapus dosanya.
Coba perhatikan orang-orang yang sudah meninggal. Tahukah kamu, keinginan tertinggi mereka itu adalah bisa hidup kembali walaupun hanya 1 detik agar mereka bisa memohon ampun dan bertobat.
Begitu hebatnya istighfar yang kita lakukan saat masih hidup sebab mampu menghapuskan dosa meskipun banyaknya seluas samudera. Tapi bagi mereka yang sudah meninggal meskipun menangis darah tetap saja dosa sebiji sawi tidak akan bisa terhapus. Dosa sebiji sawi itu saja sudah membuat mereka ketakutan luar biasa apalagi dosa seluas samudera. Semua itu akan mereka pertanggungjawabkan dengan konsekuensi masuk neraka.
Bersyukurlah sobat tatkala kita masih berjalan dan bernafas di dunia ini. Itu artinya kita masih bisa memperbanyak ibadah, agar level surga kita nanti semakin tinggi dan kenikmatan yang akan kita dapatkan juga akan semakin sempurna.
Orang-orang yang sudah meninggal itu mereka sudah tidak bisa lagi menambah amal sholeh. Mereka juga sudah tidak bisa meminta ampun atas dosa yang pernah mereka lakukan. Jika karena dosanya lalu mereka masuk neraka, mereka sudah tidak bisa lagi mengelaknya sedangkan bagi kita yang masih diberi umur, kita masih bisa menghindarkan diri dari neraka dan berupaya masuk surga dengan bertobat dan beramal saleh.
Jadi bersyukurlah, saat ini Allah masih sayang sekali kepada diri kita, dengan masih memberi kesempatan kita untuk hidup. Kita masih diberi waktu untuk bertobat dan beramal sholeh sehingga terhindar dari neraka dan bisa masuk surga yang lebih tinggi lagi levelnya.
Sobat, menyesal berlarut-larut itu enggak ada gunanya, enggak produktif dan enggak menghasilkan apapun. Menyesal terus menerus membuat diri kita tidak mendapatkan apa-apa.
Bersyukurlah, bersyukur dulu apa yang ada dalam dirimu saat ini. Bersyukur dulu dengan apa yang kita punya. Badan masih sehat, mata masih bisa melihat, telinga masih bisa mendengar, keluarga masih sehat dll.
Setelah bersyukur yang membuat diri kita selalu bahagia itu adalah berprasangka baik.
Ingatlah bedanya lalat dan lebah. Lebah walaupun berada di tumpukan sampah tetap fokus mencari madu dan janganlah seperti lalat walaupun berada di kebun bunga tetapi fokusnya mencari sampah.
Jadilah lebah walaupun berada di lingkungan negatif sekalipun tetap fokus pada hal yang positif dan jangan pernah menjadi lalat saat berada di lingkungan yang positif sekalipun, tetap saja berpikir yang negatif.
Orang yang terbiasa berpikir positif akan terus berpikir positif meskipun sedang ada masalah atau sedang dalam situasi yang negatif sedangkan orang yang terbiasa berpikir negatif akan terus berpikir negatif meskipun berada pada kondisi yang seharusnya ia bahagia.
Misalnya nih, punya mobil baru, bukan malah bersyukur tetapi malah khawatir nanti kalau hilang bagaimana, kalau tertabrak bagaimana, kalau biaya perawatannya mahal bagaimana. Kalau engkau model seperti ini, kapan engkau bisa bersyukur dan kapan engkau bisa bahagia dan menikmati hidup. Jadi terkadang lebih baik berpikir positif meskipun salah daripada berpikir negatif meskipun benar.
Sobat, bahagia itu keputusan. Peristiwa boleh sama tapi mindset-lah yang menjadi pembeda. Seringkali kita meletakkan kebahagiaan pada kata “jika”. Misalnya saya bahagia jika saya punya rumah. Saya akan bahagia jika suami saya baik kepada saya. Saya bahagia jika saya lulus kuliah, jika saya sudah bekerja, jika saya sudah menikah, jika saya punya anak dst. Jika kita meletakkan kebahagiaan itu pada kata “jika” maka kapan kita bisa bahagia.
Misalnya nih, saya bahagia jika saya kuliah berarti ia tidak akan bahagia saat belum kuliah atau dengan kata lain dia melarang dirinya bahagia sebelum ia bisa kuliah.
Lalu saat keterima dan kuliah, mungkin ia bahagia namun hanya hitungan hari ia tidak bahagia lagi karena mematok lagi bahagianya jika lulus kuliah. Jadi selama ia kuliah ia tidak bahagia. Terus berlanjut, tidak bahagia jika belum bekerja, tidak bahagia jika belum promosi, tidak bahagia jika belum menikah, tidak bahagia jika belum punya anak. Seumur hidupnya ia tidak akan pernah bahagia.
Maka ganti redaksinya sobat dari kata “jika” menjadi kata “walaupun/meskipun”. Katakan “Saya bahagia meskipun saya belum kuliah”. “Saya bahagia walaupun belum mendapatkan jodoh” dst. “Semangatlah dalam menggapai apa yang manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah.
Jangan pula mengatakan: Andaikan aku berbuat demikian tentu tidak akan terjadi demikian namun katakanlah: Ini takdir Allah, dan apapun yang Allah kehendaki pasti Allah wujudkan karena berandai-andai membuka tipuan setan.” (HR. Muslim)
Baca juga: 12 Cara Hidup Lebih Bahagia dengan Menerima Diri Sendiri
Resep Bahagia
Jadi sobat milikilah mindset bahagia. Dalam situasi sedih atau senang, kita harus memutuskan untuk bahagia.
Putuskan saja “ya Allah hari ini atas izin-Mu aku bahagia”. “Ya Allah meskipun aku memiliki masalah…, tetapi aku memutuskan untuk bahagia”.
Seringkali yang membuat diri kita tidak bahagia adalah pikiran kita sendiri yang suka sedih akan peristiwa masa lalu dan cemas akan masa depan. Kegaduhan itu yang membuat kita tidak bahagia. Kegaduhan itu ada dalam pikirkan. Kalau mau kaya maka bahagia dulu. Kalau tidak bahagia sukses itu menjadi lebih sulit.
Jika kita punya sudut pandang yang benar maka saat situasi yang tidak nyaman kita bisa kok nyaman-nyaman saja, tetap happy, kondisi emosi stabil. Kebahagiaan itu keputusan bukan karena situasi dari luar tapi keputusan dari dalam diri.
Jadi, adakah resep bahagia? Bahagia itu muncul karena kita bersyukur dan husnuszon dan memutuskan untuk bahagia. Sering-seringlah berkata pada diri sendiri, “Alhamdulillah hari ini saya bahagia”, maka itulah resep bahagia yang mujarab.[ind]