MENTAL dikasihani. Mengapa kita harus berbicara baik sebab ucapan itu sebuah energi. Ucapan kita itu akan menciptakan sebuah realita. Maka hendaknya kita harus menghindari kata-kata buruk, umpatan, selftalk buruk kepada diri sendiri termasuk juga yang sering mengeluh mungkin karena merasa tidak beruntung, merasa lemah, merasa lelah, merasa tidak berdaya, merasa putus asa.
Hindari juga kata-kata yang menimbulkan orang berbelas kasihan kepada diri kita. Mungkin saat ini kita sedang ada masalah, sedang kekurangan ekonomi, sedang ada masalah dengan keluarga, dengan pasangan, dengan teman kerja.
Jangan memilih menyukai untuk dikasihani sebab hal tersebut akan membuatmu diremehkan, direndahkan dan tidak berharga.
Jangan buat dirimu itu layak untuk dikasihani tetapi buatlah dirimu layak diucapkan terima kasih. Karena keberadaanmulah banyak orang terbantu dan tertolong.
Baca juga: Cara Membuang Mental Kasihan kepada Orangtua
Sobat, semakin banyak engkau mengeluh tentang masalahmu, semakin bertambah rumit masalah itu. Jangan suka menceritakan masalah kecuali untuk mendapatkan solusi.
Daripada sering mengeluh yang akan menciptakan energi negatif bagi diri sendiri lebih baik kita ucapkan seperti ini “insha Allah masalahku akan segera selesai”, “atas kasih sayang Allah, Allah akan menambah rezekiku”, “atas rahmat Allah aku bisa membayar utang tepat waktu”, “aku yakin Allah pasti membantu dan menolongku”.
Mental Dikasihani
Sobat, saat engkau curhat dan niatmu agar orang lain merasa kasihan kepadamu maka, perhatikan baik-baik ya, maka engkau akan mengalami berbagai peristiwa hidup yang membuatmu layak untuk dikasihani.
Kejadian-kejadian apa yang membuat dirimu layak untuk dikasihani, pastinya kejadian-kejadian yang tidak kamu sukai, kejadian yang menyakitkan, membuatmu susah, membuatmu sedih, membuatmu menderita, membuatmu marah, membuatmu takut dan khawatir.
Karena apa yang sering kamu akses baik dengan pikiran, perasaan dan kata-kata akan menjadi kenyataan dalam kehidupanmu.
Ingatlah “Allah berfirman sebagai berikut: ”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (H.R. Tabrani dan Ibnu Hibban).”[ind]
Kontributor: Randy Insyaha, Rumah Pintar Aisha