ChanelMuslim.com – Pulse Oximetry adalah sebuah alat kesehatan yang bisa digunakan untuk mengukur saturasi oksigen. Seperti diketahui, dalam kondisi pandemi seperti ini, memperhatikan saturasi oksigen sangat penting dilakukan agar bisa mendeteksi Covid-19 sejak dini, sehingga penanganan dan penyembuhannya pun juga bisa menjadi lebih cepat.
Baca Juga: KolaborAksi Dompet Dhuafa Distribusikan Tabung Oksigen ke Dua RSUD
Cara Kerja Pulse Oximetry
Namun, inti dari pengukuran saturasi oksigen ini adalah sebagai alat skrining awal pasien dengan gangguan respirasi.
Oleh sebab itu, tidak hanya berhubungan dengan Covid, tapi bisa saja penyakit dengan gejala gangguan pernapasan lainnya.
Dilansir alomedika.com, dr. Dina Fauziah menjelaskan pulse oximetry mampu mengenali perbedaan absorbansi cahaya merah (R) dan near-infrared (IR) pada hemoglobin.
Oksihemoglobin (O2Hb) dapat menyerap lebih banyak cahaya IR dibandingkan deoksihemoglobin (HHb). Hal ini sesuai dengan tampilan makroskopis darah arterial, kadar O2Hb yang tinggi akan tampak merah terang karena tidak banyak cahaya merah yang terserap.
Sedangkan darah vena tampak tidak terlalu merah karena kadar HHb yang lebih tinggi menyebabkan banyak menyerap cahaya merah.
Memanfaatkan prinsip ini, pulse oximetry didesain memiliki dua sisi probe yang dapat mengapit jaringan. Salah satu sisi probe merupakan dioda pemancar cahaya (emitter) yang dapat memancarkan 2 panjang gelombang yang berbeda, yakni gelombang merah 660 nm dan near-infrared 940 nm.
Pada sisi lain, terdapat sensor cahaya (photodiode) yang akan mendeteksi cahaya yang telah melewati jaringan tubuh. Disebabkan perbedaan kemampuan absorbansi cahaya dari O2Hb dan HHb, maka pulse oximetry dapat menentukan proporsi Hb yang terikat dengan oksigen.
Secara teori, pulse oximetry mengukur 2 komponen absorbansi yakni direct current (DC) dan alternating current (AC).
DC merepresentasikan cahaya yang melewati jaringan, vena, dan kapiler, yang cenderung statis dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan, AC merepresentasikan cahaya yang melewati arteri dan berfluktuasi sesuai dengan siklus kardiak.
Perubahan siklus kardiak memiliki pengaruh terhadap jumlah volume darah arteri, sehingga proporsi absorbansi cahaya R dan IR pun berubah-ubah.
Pulse oximetry menggunakan amplitudo absorbansi untuk menghitung rasio modulasi cahaya R:IR dari kedua komponen, AC dan DC, sehingga didapatkan R value.
Pada kondisi di mana saturasi oksigen rendah, kadar HHb meningkat dan terdapat peningkatan absorbansi cahaya R sehingga menghasilkan R value yang tinggi.
Sedangkan ketika saturasi oksigen tinggi, kadar O2Hb meningkat, menyebabkan peningkatan absorbansi cahaya IR dan menurunkan R value.
Baca Juga: Keprihatinan Gas Oksigen untuk Medis
Nilai Normal Saturasi
Kemudian, terkait hasil pengukuran dari alat pulse oximetry ini, dilansir alodokter.com, dr. Iranita Dyantika menuliskan jawaban bahwa nilai normal saturasi yaitu sekitar 90-100 %.
Apabila hasilnya di bawah 90 %, maka menandakan bahwa seseorang tersebut mengalami gangguan respirasi atau pernapasan.
Hal inilah yang menyebabkan kadar oksigen di dalam tubuh berkurang. Gangguan tersbeut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus ataupun peradangan.
Selain infeksi, ada juga beberapa keadaan yang menyebabkan saturasi turun, yaitu keracunan karbonmonoksida dan juga penderita anemia sikle cell.
Guna mengetahui secara pasti penyebab turunnya saturasi oksigen, maka hal yang harus dilakukan adalah segera memeriksakan diri ke dokter.
Sahabat Muslim, apabila saturasi oksigen menurun, kita bisa menggunakan tabung oksigen atau melakukan teknik proning agar napas kita menjadi lebih lancar. [Cms]