SERING luput dari perhatian justru datang dari makanan ultra olahan (ultra-processed food atau UPF), yang menyamar dalam wujud menyehatkan.
Bukan rahasia lagi bahwa junk food dikenal tidak sehat. Dari minuman rendah kalori hingga camilan berlabel organik, makanan-makanan ini tersebar luas di pasaran dan bisa menimbulkan dampak serius bagi kesehatan jika dikonsumsi terus-menerus.
Sebuah studi terbaru mengungkap sejumlah dampak negatif dari konsumsi makanan ultra olahan yang kini sangat populer dan mudah diakses.
Penelitian berbasis populasi ini menggabungkan epidemiolog gizi, kebijakan pangan, dan penilaian diet untuk memahami bagaimana pola makan modern berkontribusi pada risiko penyakit kronis.
UPF tak hanya mencakup makanan seperti keripik kentang, permen, dan pizza beku, tetapi juga produk yang kerap dianggap sehat, seperti granola bar, minuman olahraga, dan yoghurt buah.
UPF adalah produk industri berbahan dasar ekstrak makanan dengan sedikit atau tanpa kandungan makanan utuh. Misalnya, yoghurt murni, yang sebenarnya tergolong sehat.
Namun, ketika ditambahkan perisa buatan seperti vanila sintetis atau campuran buah menyerupai selai yang mengandung pengawet, maka produk itu masuk dalam kategori UPF dan menjadi kurang sehat. UPF secara umum adalah produk industri yang dirancang agar tahan lama, menarik secara visual, dan memiliki rasa yang kuat berkat tambahan bahan aditif seperti pewarna, pengawet, dan penambah rasa.
Baca juga: Makanan Pedas Dapat Mengendalikan Jumlah Porsi
Makanan Ultra Olahan Dikenal Tidak Sehat
Produk seperti minuman energi, sereal manis, camilan kemasan, daging olahan, hingga yoghurt dengan topping buatan, termasuk dalam kategori ini.
Bahkan setelah faktor-faktor seperti usia, berat badan, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok disesuaikan, temuan menunjukkan adanya risiko spesifik dari konsumsi UPF, di antaranya gangguan hormon dan reaksi peradangan dalam tubuh.
Tubuh manusia cenderung tidak mengenali makanan ultra-olahan sebagai sumber nutrisi, tetapi justru sebagai pemicu stres, yang dapat memicu respons peradangan dan berdampak buruk pada kesehatan secara keseluruhan.
Penelitian berbasis data dari lebih dari 6.000 warga Kanada yang dikumpulkan oleh Health Canada dan Statistics Canada mengungkap, konsumsi makanan ultra olahan dapat berdampak buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang.
UPF dikaitkan dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang tidak stabil, serta serangan jantung dan stroke.
Efek negatif ini dapat muncul bahkan pada individu yang tampak sehat, aktif, dan memiliki berat badan ideal. Yang membahayakan bukan hanya kandungan tinggi garam, gula, atau lemaknya, melainkan juga cara makanan tersebut diproses.
Survei menunjukkan bahwa banyak konsumen mulai mengganti makanan sehat seperti sayur dan buah dengan produk ultra-olahan.
Hal ini didorong oleh label produk yang tampak meyakinkan, seperti granola bar yang diklaim tinggi serat, atau minuman olahraga yang disebut kaya elektrolit dan vitamin.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Meskipun klaim tersebut benar, informasi ini tidak mencerminkan keseluruhan dampak kesehatan dari produk tersebut.
Selama ini, kebijakan pangan cenderung menyoroti satu zat gizi tertentu, tanpa mempertimbangkan kualitas keseluruhan makanan.
Padahal, industri pangan global saat ini lebih dipengaruhi oleh kepentingan komersial dibanding kebutuhan nutrisi masyarakat.
Akibatnya, kemasan dan iklan kerap membingungkan konsumen soal apa yang sebenarnya mereka konsumsi. Mulai Januari 2026, Kanada akan mewajibkan label peringatan pada kemasan makanan yang mengandung kadar natrium, gula, dan lemak jenuh yang tinggi.
Meskipun langkah ini merupakan kemajuan besar dalam hal transparansi, banyak produk sehari-hari seperti roti putih, daging olahan, atau muffin kemasan, tetap berisiko bagi kesehatan, bahkan tanpa disadari oleh konsumen. [Din]